Prof. Wega Trisunaryanti Teliti Nyamplung dan Malapari, Raih Penghargaan Global Alumni Fellow dari Universitas Osaka

Prof. Wega Trisunaryanti Teliti Nyamplung dan Malapari, Raih Penghargaan Global Alumni Fellow dari Universitas Osaka

MAKLUMAT — Prof. Dra. Wega Trisunaryanti, M.S., Ph.D.Eng., dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, meraih penghargaan bergengsi Global Alumni Fellow dari The University of Osaka, Jepang. Universitas ternama itu menganugerahkan penghargaan sebagai bentuk pengakuan atas kiprah Wega dalam riset dan publikasi ilmiah berskala internasional. Executive Vice President The University of Osaka, Prof. Hayashi Mikako, D.D.S., Ph.D., menyerahkan langsung penghargaan tersebut dalam sebuah seremoni di Osaka, Selasa (10/6/2025).

Beberapa akademisi ternama seperti Prof. Dr. Masakatsu Nomura dan Prof. Dr. Masahiro Miura turut hadir dalam momen istimewa itu. “Penghargaan ini sangat jarang diberikan kepada perempuan,” ujar Prof. Hayashi seperti dilansir laman UGM, Selasa (17/6/2025). Maka tak heran, penghormatan terhadap Wega menjadi sebuah pencapaian istimewa.

Perjalanan akademik Wega di Osaka bermula pada 1992 sebagai research student di Department of Applied Chemistry, Faculty of Engineering. Ia melanjutkan studi doktoral pada 1993 hingga 1997, dibimbing langsung oleh Prof. Nomura dan Prof. Miura. Setelah itu, ia menempuh postdoktoral hingga akhir 1997. Sejak saat itu, Wega menjalin kolaborasi riset lintas negara secara berkelanjutan. “Saya menjaga kontak dengan profesor pembimbing melalui proyek-proyek riset, baik di Indonesia maupun Jepang. Kami tetap saling melibatkan dalam penelitian internasional,” tuturnya.

Dalam risetnya, Wega mengembangkan katalis, nanosilika, zeolit, dan Graphene Oxide untuk mengolah biomassa menjadi biofuel. Ia kini menekuni sintesis katalis heterogen guna mengubah minyak nabati menjadi bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). “Energi dari fosil semakin menipis dan menyebabkan polusi. Bio-jet fuel dari tanaman adalah alternatif hijau yang berkelanjutan,” tegasnya.

Baca Juga  Mengenal Naufal Rizky Firdaus, Presma UMM yang Jadi Koordinator Daerah BEM Nusantara Jatim

Namun, ia menghadapi tantangan serius dalam hal pendanaan. Ia menilai, riset SAF tidak cukup hanya bermodal pengetahuan, tetapi juga membutuhkan dukungan infrastruktur dan kemitraan industri. Sayangnya, investor dalam negeri belum tertarik menyokong pengembangan energi ini. “Kami masih di skala laboratorium. Untuk masuk tahap pilot, dibutuhkan dana miliaran rupiah,” jelasnya.

153 Artikel Ilmiah di Jurnal Internasional

Meski begitu, Wega tak menyerah. Ia terus berkontribusi aktif dalam dunia akademik dan pengabdian. Ia telah menerbitkan 153 artikel ilmiah di jurnal internasional terindeks, mengoleksi 1.273 sitasi dari 748 dokumen, dan memiliki h-index Scopus sebesar 19. Selain itu, ia memiliki 108 kekayaan intelektual, dengan 20 di antaranya bersertifikat resmi. Ia juga telah menulis 10 buku referensi dan 5 bab buku, serta terlibat dalam 32 program pengabdian kepada masyarakat. Di tingkat nasional, Wega menjabat sebagai penilai jabatan akademik dosen dan menjadi reviewer berbagai program riset.

Sejumlah penghargaan bergengsi turut mengiringi kiprahnya: Dosen dan Peneliti Terbaik FMIPA UGM (2022), Publikasi Terbaik UGM (2022), Peringkat Tertinggi SINTA UGM (2022), ilmuwan top 2% dunia versi Stanford University (2023), UGM Award Kategori Tridarma (2023), serta Insan Berprestasi UGM Kategori Penelitian Terbaik (2024).

Sebagai perempuan di dunia akademik yang mayoritas masih didominasi laki-laki, Wega mengajak perempuan untuk berani melangkah. “Miliki mimpi. Jangan takut bersaing. Dunia sains tidak hanya butuh kecerdasan, tapi juga kesabaran, ketelitian, dan kepekaan,” ucapnya.

Baca Juga  Muhammadiyah Kaya Guru Bangsa, tapi Kekurangan Manusia Politik

Wega menyebut dukungan UGM sangat berarti dalam memacu produktivitasnya. Insentif bagi dosen yang menulis di jurnal internasional menjadi penyemangat utama. Namun ia berharap skema itu bisa lebih fleksibel dan tidak dibatasi kuota. “Produktivitas akademik butuh apresiasi yang proporsional,” ungkapnya. Ia juga menilai UGM perlu menghadirkan sistem pendanaan yang adaptif agar para peneliti bisa lebih bebas berinovasi dan membangun jejaring global.

Melalui riset SAF, Wega menaruh harapan pada pemanfaatan sumber daya lokal seperti nyamplung dan malapari. Tanaman ini tumbuh subur di berbagai wilayah dan tidak bersaing dengan kebutuhan pangan. Ia membidik peningkatan kontribusi SAF dalam campuran bahan bakar pesawat dari 2,4 persen menjadi 50 persen di masa depan. Baginya, inilah langkah nyata menuju transisi energi hijau yang berkelanjutan.

Penghargaan di Osaka kian memantapkan tekadnya. Ia ingin terus berkarya, memberi manfaat, dan menginspirasi generasi muda. “Saya ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain,” pungkasnya.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *