PSIB UMM dan FKAUB Malang Raya Bedah Buku Moderasi Beragama, Tegaskan Komitmen Merawat Kerukunan

PSIB UMM dan FKAUB Malang Raya Bedah Buku Moderasi Beragama, Tegaskan Komitmen Merawat Kerukunan

MAKLUMAT — Pusat Studi Islam Berkemajuan (PSIB) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) Malang Raya menegaskan pentingnya dialog lintas iman dalam mewujudkan moderasi beragama.

Hal itu mengemuka dalam dialog dan refleksi bersama melalui bedah buku bertajuk “Perjuangan Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) Malang Raya dalam Mewujudkan Moderasi Beragama,” yang berlangsung di Auditorium Masjid Lantai 2 UMM, Selasa (16/12/2025).

Wakil Rektor V UMM yang membidangi pembinaan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Prof Dr Tri Sulistyaningsih MSi, mengapresiasi inisiatif dan konsistensi FKAUB Malang Raya dalam menjaga serta merawat kerukunan antar umat beragama.

Ia juga menandaskan bahwa Muhammadiyah memiliki komitmen panjang dalam menjunjung nilai-nilai inklusivitas dan moderasi beragama.

“Muhammadiyah, sejak kelahirannya, telah menanamkan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin, inklusif, dan menjunjung tinggi kehidupan berbangsa yang harmonis. Kegiatan seperti ini adalah bentuk nyata dari implementasi nilai-nilai tersebut, sekaligus wadah untuk memperkuat persaudaraan sesama anak bangsa,” ujar Tri.

Bedah buku tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Pdt David Tobing ST STh MPd dan Prof Gonda Yumitro SIP MA PhD. Keduanya mengulas peran, tantangan, serta capaian FKAUB Malang Raya sebagai salah satu forum dialog lintas iman yang aktif di wilayah Malang Raya. Buku yang dibedah dinilai menjadi dokumentasi penting sekaligus refleksi kritis atas perjalanan kolektif dalam mewujudkan moderasi beragama di tingkat akar rumput.

Baca Juga  Jadwal Salat Jatim, Selasa 15 Oktober

Dalam paparannya, David Tobing yang merupakan Sekretaris Jenderal FKAUB menjelaskan bahwa FKAUB lahir pada era reformasi dan FKAUB Malang Raya menjadi cikal bakal terbentuknya FKAUB di berbagai daerah di Indonesia. Ia juga mengungkapkan berbagai kegiatan yang telah dilakukan dalam kaitannya dengan kesatuan antarumat beragama.

“Selama ini FKAUB telah banyak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kesatuan antar umat beragama, kami berharap kedepannya banyak karya yang dilahirkan oleh FKAUB,” sebutnya.

David Tobing menambahkan, bedah buku tersebut merupakan kali kedua dilaksanakan. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada PSIB UMM yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut.

“Kedepannya PSIB UMM dan FKAUB bisa melakukan kolaborasi terutama dalam aspek riset kerukunan antar umat beragama di Malang Raya,” harapnya.

Sementara itu, Kepala PSIB UMM Prof Gonda Yumitro SIP MA PhD, menilai buku yang dibedah tersebut memuat beragam perspektif, khususnya terkait toleransi antar umat beragama dari berbagai sudut pandang.

“Saya mengapresiasi tulisan buku ini, lebih khusus bagaimana perjuangan FKAUB dalam membangun sikap toleransi di Malang Raya,” tuturnya.

Meski demikian, Gonda menyoroti masih kurangnya pandangan Islam yang mendalam dalam buku tersebut.

“Dalam buku pandangan toleransi sangat kompleks, akan tetapi ada satu hal yang masih kurang, yaitu tidak adanya pandangan Islam yang mendalam mengenai sikap toleran,” sorotnya.

“Seharusnya dalam buku ini bisa mencerikan sikap toleransi Nabi Muhammad, seperti lahirnya piagam madina yang memberi ruang yang setara bagi umat Yahudi dan warga Madinah lainnya, selain itu Nabi Muhammad Juga sangat menghargai menghormati jenazah umat lain. Nabi Muhammad tetap memandangnya sebagai manusia,” kata Gonda.

Baca Juga  Profil Singkat Lima Wakil Rektor UMM yang Baru Dilantik

Gonda berharap kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada karya-karya berikutnya agar tidak terjadi ketimpangan pandangan dalam kehidupan bertoleransi.

“Kekurangan ini kedepannya harus diperbaiki, hal ini dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan pandangan dalam kehidupan bertoleransi. Muhammadiyah seperti yang dijelaskan oleh Wakil Rektor Lima sebelumnya telah menerapkan sikap toleransi sejak lahir, dalam hal social Muhammadiyah tidak memandang agama tertentu. Akan tetapi sikap toleransi Muhammadiyah kepada agama lain terletak pada aspek ibadah mahdhah yang tidak bisa diganggu gugat,” tandasnya.

Di akhir sesi, Sekretaris PSIB UMM, Diki Wahyudi SSos MIP, yang menjadi moderator dalam kegiatan tersebut, turut memaparkan kiprah toleransi Muhammadiyah di Indonesia.

“Muhammadiyah seperti yang telah disampaikan sebelumnya sudah menerapkan toleransi yang cukup tinggi, bahkan ada istilah bagi teman-teman Kristen yang memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah disebut KrisMu (Kristen Muhammadiyah), istilah ini tidak asing bagi teman-teman Kristen yang memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah terutama teman-teman yang mengenyam Pendidikan di kampus-kampus Muhammadiyah, seperti di Papua, NTT dan lainnya. Jadi kita tidak perlu lagi mempertanyakan sikap toleransi Muhammadiyah,” pungkasnya.

*) Penulis: Aan Hariyanto / Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *