
MAKLUMAT – Ibadah puasa Ramadan memberikan ruang bagi organ dalam untuk beristirahat lebih dari 12 jam. Dalam kurun waktu ini ibadah puasa masuk kategori diet intermiten. Di mana puasa intermiten bisa untuk mengatur jadwal makan, 16 jam berpuasa dengan waktu makan delapan jam.
Berdasar penelitian Health Harvard, puasa intermiten memiliki manfaat cukup banyak. Sebut saja menurunkan lingkar pinggang, massa lemak, kadar trigliserida, low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dan total kolesterol, hormon insulin, serta tekanan darah sistolik.
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Primaya Makassar, dr. Willis Kwandou, Sp. JP FIHA, puasa juga bisa menimbulkan efek. “Terutama bagi kelompok tertentu, seperti penderita jantung,” katanya mengutip RS Primaya Hospital.
Pengaturan Menu Puasa
Penelitian di American Heart Association menyebutkan pembatasan makan selama delapan jam berkaitan dengan risiko kematian akibat masalah kardiovaskular sebesar 91 persen.
Namun di dalam studi merekomendasikan pengaturan menu makanan ketika berpuasa. Yakni menyesuaikan dengan kondisi kesehatan setiap individu. Sebab di dalam artikel menyebutkan ibadah puasa Ramadan membuat orang hidup lebih lama dan lebih sehat.
Pembatasan makan bisa mendatangkan risiko yang berkaitan dengan penyakit jantung dan masalah kesehatan, bila tak dilakukan dengan tepat. Risiko itu meliputi:
Dehidrasi
Orang berpuasa rentan mengalami dehidrasi ringan hingga sedang. Kondisi kekurangan asupan cairan ini bisa meningkatkan kekentalan darah dan berisiko menyebabkan pembekuan darah. Akibatnya terjadi penyumbatan pembuluh darah dan memicu serangan jantung, karena tidak mendapat pasokan darah.
Ketidakseimbangan Elektrolit
Perubahan mendadak pola makan dan minum seperti yang terjadi saat puasa dapat menyebabkan gangguan elektrolit. Risiko ini kerap dialami pasien yang mengonsumsi obat jantung tertentu.
Kurang tidur
Selama Ramadan, orang mesti bangun lebih awal untuk sahur. Jika sebelumnya tidur terlalu larut, ini dapat menyebabkan kurang tidur yang berisiko meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah yang memicu penyakit jantung. Belum lagi orang yang kurang tidur cenderung lebih mudah marah dan stres dan berisiko mengalami masalah jantung.
Pasien dengan kondisi jantung tertentu perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa. Langkah ini mengurangi risiko, kondisi jantung, dan apakah perlu penyesuaian obat selama puasa.
Rekomendasi Puasa yang Aman
Beberapa ahli memberikan sejumlah rekomendasi untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko puasa Ramadan. Pasien dengan masalah jantung ada baiknya berkonsultasi dengan dokter.
Selanjutnya melatih mengurangi porsi makan secara bertahap 2-3 minggu sebelum Ramadan. Menyiapkan sejumlah obat-obatan bagi penderita jantung tertentu dan ikuti anjuran dokter. Hal yang tidak kalah penting adalah mengonsumsi air mineral 2-3 liter saat berbuka hingga sahur.