
MAKLUMAT – Ramadan seharusnya menjadi momen untuk lebih hemat dan menahan diri, bukan ajang konsumsi berlebihan. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim) mengingatkan pentingnya kembali ke esensi dasar puasa melalui pola hidup sederhana dan efisien.
Dalam diskusi yang digelar oleh Majelis Tabligh PWM Jatim, Wakil Ketua PWM Jatim, Dr. KH Syamsuddin, M.Ag., menyoroti tren masyarakat yang justru mengeluarkan lebih banyak uang selama Ramadan. Menurut beliau, puasa semestinya identik dengan kesederhanaan, bukan ajang belanja berlebihan.

“Seharusnya Ramadan menjadi waktu untuk menghemat, bukan malah boros dalam konsumsi. Dengan hidup sederhana, kita tidak hanya menabung pahala, tetapi juga menabung harta,” ujar Ustaz Syamsuddin.
Senada dengan itu, Ketua Korps Mubaligh Muda (KMM), Afifun Nidlom, S.Ag., M.Pd., M.H., menekankan pentingnya menahan diri, tak hanya dalam hal makan dan minum, tetapi juga dalam interaksi sosial, terutama di dunia maya.
“Saat ini kehidupan di media sosial sering kali tidak sehat. Banyak orang mudah berkomentar dan menghakimi tanpa dasar jelas. Ramadan harus menjadi momentum untuk lebih bijak dan menahan diri dari perilaku tidak produktif ini,” tutur Afifun.
Puasa Seharusnya Mengurangi Konsumsi
Dari sudut pandang ekonomi, Anggota Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PWM Jatim, Ustadz Ir. Iman Supriyono, M.M., mengingatkan bahwa secara logika, puasa seharusnya mengurangi konsumsi hingga dua pertiga karena waktu makan hanya sekitar 4–5 jam sehari. Namun, kenyataannya justru sebaliknya.
Dia juga membandingkan budaya ekonomi di negara-negara maju yang lebih sabar dalam membangun bisnis. “Di China, pengusaha bisa menunggu hingga 17 tahun sebelum menikmati hasil usahanya. Sementara di Barat, budaya investasi sangat kuat. Mereka hanya membelanjakan sekitar 50–60 persen dari pendapatan, sisanya diinvestasikan agar ekonomi terus tumbuh,” jelas beliau.
Diskusi ini menegaskan bahwa Ramadan bukan sekadar waktu untuk menabung pahala, tetapi juga kesempatan untuk berbenah dalam aspek spiritual dan ekonomi. PWM Jatim mengajak umat Islam untuk lebih sadar dalam beribadah, berhemat, dan menggunakan media sosial dengan lebih bijak serta bertanggung jawab.