MAKLUMAT — Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengecam keras keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memerintahkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran. Dalam pernyataan resminya pada Ahad (22/6/2025), Guterres menyebut langkah tersebut sebagai “eskalasi berbahaya” di kawasan yang telah lama berada di ambang konflik besar.
“Saya sangat khawatir dengan penggunaan kekuatan oleh Amerika Serikat terhadap Iran hari ini,” ujar Guterres seperti dilansir Arab News, Ahad (22/6/2025). “Ini adalah eskalasi yang berbahaya di kawasan yang sudah berada di ujung tanduk – dan menjadi ancaman langsung terhadap perdamaian dan keamanan internasional.”
Menurut Guterres, ada risiko nyata bahwa situasi ini bisa dengan cepat lepas kendali. Ia menyerukan kepada semua negara anggota PBB untuk menahan diri dan mematuhi Piagam PBB serta hukum internasional.
“Pada saat yang berbahaya ini, sangat penting untuk menghindari kekacauan yang terus berlanjut. Tidak ada solusi militer. Satu-satunya jalan ke depan adalah diplomasi. Satu-satunya harapan adalah perdamaian,” tegasnya.
Namun, sikap Guterres tersebut berbanding terbalik dengan reaksi dari Israel dan sejumlah politikus di Washington.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut positif serangan itu. Dalam pernyataan video, ia menyebut keputusan Trump sebagai langkah “berani” dan akan “mengubah sejarah.”
“Keputusan Anda untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran dengan kekuatan Amerika Serikat yang luar biasa dan benar akan mengubah sejarah,” ujarnya.
Senada, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon juga memuji tindakan tersebut. “Hari ini, Presiden Trump membuktikan bahwa ‘Jangan Pernah Lagi’ bukan hanya slogan — ini adalah kebijakan,” kata Danon.
Di Washington, sejumlah anggota Kongres dari Partai Republik langsung memberi dukungan terbuka. Senator Lindsey Graham dari South Carolina menulis di platform X (dulu Twitter), “Bagus sekali, Presiden Trump.” Senator John Cornyn dari Texas menyebutnya sebagai “keputusan yang berani dan tepat,” sedangkan Senator Katie Britt dari Alabama menyebut serangan itu “kuat dan tepat sasaran.”
Senator Roger Wicker, Ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, bahkan menyatakan bahwa keputusan Trump itu “sengaja dan tepat untuk menghilangkan ancaman eksistensial dari rezim Iran.”
Partai Republik: Ini Tidak Konstitusional
Namun tak semua pihak sejalan. Sejumlah legislator, termasuk dari Partai Republik sendiri, menyuarakan keprihatinan. Thomas Massie, anggota DPR dari Kentucky, menilai langkah itu inkonstitusional. “Ini tidak Konstitusional,” tulisnya di X.
Dari kubu Demokrat, sebagian menuntut agar Kongres dilibatkan sebelum keputusan militer diambil. Senator Tim Kaine dari Virginia bahkan telah mengajukan resolusi untuk membatasi wewenang presiden dalam mengambil keputusan militer tanpa persetujuan Kongres.
Senator John Fetterman dari Pennsylvania, yang dikenal sebagai pendukung keras Israel, menjadi satu dari sedikit Demokrat yang mendukung serangan. “Iran adalah sponsor terorisme terkemuka di dunia dan tidak boleh memiliki kemampuan nuklir,” tulisnya.
Kondisi politik di Washington pun tampak semakin terbelah. Pemimpin Mayoritas Senat John Thune dan Ketua DPR Mike Johnson telah menerima pengarahan langsung dari Gedung Putih sebelum serangan dilakukan. Johnson menyatakan bahwa aksi militer itu harus menjadi peringatan bagi musuh dan sekutu AS, bahwa Trump “bersungguh-sungguh dengan apa yang ia katakan.”
Dengan suasana global yang kian panas, sorotan dunia kini tertuju pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah ini awal dari konfrontasi lebih luas, atau sekadar tekanan diplomatik yang dibungkus dengan kekuatan militer? Guterres mengingatkan, jika jalan kekerasan yang dipilih, maka peradabanlah yang akan menjadi korbannya.