24.2 C
Malang
Minggu, November 24, 2024
KilasSeniman Jatim Darurat Ruang Eksplorasi, Risma Gagas Car Free Night dan Gelar...

Seniman Jatim Darurat Ruang Eksplorasi, Risma Gagas Car Free Night dan Gelar Budaya di Lereng Gunung

Risma dalam acara 'Konsolidasi Relawan Paguyuban Seniman Jawi Wetan' di Ria Galeria, Surabaya
Risma dalam acara ‘Konsolidasi Relawan Paguyuban Seniman Jawi Wetan’ di Ria Galeria, Surabaya

MAKLUMAT – Keterbatasan ruang eksplorasi seni di Jawa Timur menjadi sorotan berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga seniman senior. Menyikapi situasi ini, Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut 3, Tri Rismaharini (Risma) menawarkan solusi inovatif melalui program “Car Free Night” serta pertunjukan budaya di lereng gunung.

Program tersebut bertujuan membuka ruang bagi seniman untuk menampilkan karya mereka, sambil menggerakkan roda ekonomi.

Risma mengungkapkan program “Car Free Night” akan diadakan setiap Sabtu malam di berbagai kota di Jawa Timur, khususnya di area strategis yang mudah dijangkau masyarakat. Harapannya, agar program ini dapat menjadi wadah bagi seniman dan pelaku UMKM untuk bertemu dan berkolaborasi.

“Kita usahakan setiap Sabtu malam ada car free night di mana seniman bisa menunjukkan hasil karyanya dan para UMKM bisa berdagang. Jadi ini menjadi ajang pertemuan antara kreativitas seniman dan potensi UMKM lokal,” ungkap Risma dalam acara ‘Konsolidasi Relawan Paguyuban Seniman Jawi Wetan’ di Ria Galeria, Surabaya, Senin (11/10/2024).

Program “Car Free Night” tersebut, lanjut Risma, bukan hanya untuk menciptakan ruang seni di tengah kota, tetapi juga untuk menghidupkan perekonomian melalui sinergi antara seni dan UMKM.

Para seniman dapat bebas menampilkan kreativitas mereka tanpa intervensi, sementara para pedagang UMKM dapat memanfaatkan keramaian acara untuk menjajakan produk mereka.

“Ini adalah sinergi yang kita harapkan dapat menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan di Jawa Timur, dengan seni dan UMKM berkolaborasi untuk saling mendukung,” terangnya.

Selain ‘Car Free Night’, Risma juga merencanakan pertunjukan budaya yang lebih menantang dan berkonsep alam. Dia mengusulkan gelar acara seni dan budaya dilakukan di lereng gunung.

Di sana, wisatawan dapat menikmati pertunjukan budaya di tengah keindahan alam pegunungan, sambil menikmati kuliner lokal yang disajikan oleh UMKM setempat.

“Di lereng gunung, antara pariwisata, kuliner, dan seni berkolaborasi. Wisatawan dapat menikmati keindahan alam yang berpadu dengan wisata kuliner dan pertunjukan budaya. Harapannya ini bisa mengangkat perekonomian lokal,” jelasnya.

Inisiatif Menteri Sosial RI periode 2020-2024 itu disambut antusias berbagai kalangan, khususnya seniman yang selama ini merasa kesulitan menemukan ruang eksplorasi yang memadai.

Taufik Monyong, seniman dari Surabaya, menekankan bahwa seniman pada dasarnya tidak selalu membutuhkan bantuan materi, melainkan hanya ruang dan kesempatan untuk menampilkan karya.

“Intervensi bantuan bukanlah hal utama bagi kami, yang penting adalah diberikan ruang. Di Surabaya, kadang sulit sekali mencari tempat untuk kami berkreativitas, ataupun mencari dan membeli perlengkapan kesenian tari, kami membutuhkan pasar itu,” sebutnya.

Keluhan senada disampaikan Endin Didik Handoko, pelaku budaya asal Tulungagung. Dia mengeluhkan kurangnya kepedulian pemerintah provinsi, pemerintah kota, maupun kabupaten terhadap eksistensi kebudayaan.

“Harusnya ada sinergi ketika ngomong kebudayaan dan bisa menjadikan desa sebagai ujung tombak,” jelasnya.

Dia menilai Risma sosok yang tepat untuk mengatasi kesenjangan dan memberi solusi yang diharapkan para seniman.

“Saya banyak bertemu pengembang. Mereka cerita waktu Bu Risma menjabat wali kota Surabaya yang bisa menyelesaikan urusan perizinan cepat dan lugas,” tandasnya.

Beberapa mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) juga menyampaikan keluhan terkait kendala dalam mengekspresikan kreativitas mereka.

Salah satu mahasiswa jurusan seni di Unesa menyampaikan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak ruang untuk berkarya dan bereksperimen.

“Kurangnya tempat untuk mengeksplorasi kreativitas kami membuat potensi-potensi seni yang kami punya sulit berkembang. Kami sangat membutuhkan ruang agar dapat semakin mengeksplorasi ide-ide kreatif kami,” tuturnya.

Masalah keterbatasan ruang untuk seni memang menjadi isu yang telah lama dirasakan di Jawa Timur. Beberapa seniman mengeluhkan minimnya tempat pertunjukan dan ruang eksplorasi.

Dengan wacana yang disampaikan Risma, diharapkan seniman dapat lebih bebas berekspresi tanpa harus khawatir soal tempat dan kesempatan untuk tampil.

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer