
MAKLUMAT – Anggota Komisi E DPRD Jatim, Puguh Wiji Pamungkas, menyambut positif Surat Edaran (SE) Nomor 000.1.5/1506/101.5/2025, yang diterbitkan Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur, yang menghapus kegiatan wisuda (purnawiyata) bagi siswa SMA, SMK, dan SLB.
Menurut Puguh, kebijakan yang diteken pada 6 Maret 2025 itu sangat penting. Sebab, kata dia, wisuda yang kerap dilakukan di berbagai jenjang pendidikan telah menjadi beban ekonomi bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Selain itu, pada situasi ekonomi saat ini yang sedang tidak menentu dan belum betul-betul pulih pasca pandemi, tentu akan semakin memberatkan para orang tua atau wali murid. Apalagi, kini berada dalam momen Ramadan dan jelang lebaran, yang biasanya pengeluaran cenderung masyarakat meningkat.
“Pendidikan kita ini terlalu banyak wisuda. Dari lulus TK hingga pendidikan tinggi ada wisuda. Bagi masyarakat mampu, ini mungkin bukan masalah, tetapi bagi kelas menengah ke bawah, ini bisa menjadi beban tersendiri,” ujarnya, Kamis (13/3/2025).
Ia menekankan bahwa seremoni kelulusan seharusnya tidak menjadi prioritas dalam dunia pendidikan. Sebaliknya, sekolah sebaiknya lebih fokus pada pembekalan mental dan karakter siswa agar siap menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya atau dunia kerja.
“Menurut saya, acara kelulusan cukup dilakukan sederhana di lingkungan sekolah. Lebih baik jika dijadikan ajang pembekalan siswa agar mereka lebih siap menghadapi tantangan ke depan, jangan sampai pendidikan hanya jadi seremoni!” tambah pria yang juga menjabat Sekretaris Fraksi PKS di DPRD Jatim itu.
Puguh juga menyoroti pentingnya meningkatkan daya saing lulusan SMA dan SMK di Jawa Timur. Ia mengingatkan bahwa kelompok ini menjadi penyumbang terbesar angka pengangguran terbuka di provinsi tersebut.
Sebab itu, ia menilai fokus utama dunia pendidikan seharusnya adalah membekali siswa dengan keterampilan dan kesiapan mental untuk mengarungi kehidupan purna siswa atau pasca lulus sekolah, bukan sekadar seremoni kelulusan.
“Menanamkan tanggung jawab terhadap kehidupan jauh lebih penting dibandingkan sekadar menggelar wisuda yang bisa jadi keluar dari esensi pendidikan itu sendiri,” pungkas Puguh.