Skor PISA Siswa Indonesia Jeblok, Ini Kata Mendikdasmen Abdul Mu’ti

Skor PISA Siswa Indonesia Jeblok, Ini Kata Mendikdasmen Abdul Mu’ti

MAKLUMAT – Anjloknya skor Programme for International Student Assessment (Skor PISA) Indonesia sejak 2006 menjadi sorotan tajam. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti pun menjawab kegelisahan itu dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Selasa (28/10/2025).

Pertanyaan kritis itu datang dari Ninasapti Triaswati, salah seorang peserta sarasehan. Dia menyoroti apa yang salah dengan sistem kurikulum di Indonesia hingga membuat skor PISA terus menurun.

Merespons hal itu, Abdul Mu’ti mengakui tantangan terbesar adalah mengubah persepsi. Terutama persepsi terhadap Sains (Science), Teknologi, Teknik (Engineering), dan Matematika (STEM). “STEM sering dianggap momok menakutkan dan susah dipelajari,” ujar Mu’ti.

Untuk melawan stigma itu, Kemendikdasmen menggulirkan Gerakan Numerasi Nasional. Gerakan ini bertujuan membangun budaya numerasi sejak dini dengan cara yang menyenangkan. Tujuannya agar anak-anak tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga berpikir kritis, logis, dan adaptif.

Mu’ti lantas menjelaskan konsep pendekatan baru yang disebut STEM 3M. “Yaitu bagaimana mempelajari STEM dengan Mudah, Murah, dan Menarik,” tegasnya.

Pihaknya mendorong Matematika mulai diajarkan dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK). Tentunya lewat konsep dasar dan kegiatan bermain logika yang sederhana.

Di hadapan para ekonom, Mu’ti juga blak-blakan menguraikan tiga tantangan utama pendidikan yang sedang dibenahi. “Pertama adalah pemerataan akses pendidikan, khususnya bagi daerah 3T,” jelasnya. Kedua, kesenjangan mutu yang masih terlihat antarwilayah, antara sekolah negeri dan swasta. Ketiga, peningkatan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Baca Juga  Maklumat 17+8, Simbol Perlawanan dan Ingatan Kolektif

Kemendikdasmen telah menetapkan sejumlah program prioritas. Program itu antara lain revitalisasi 16.140 satuan pendidikan dan percepatan perbaikan infrastruktur. Selain itu, ada digitalisasi pembelajaran melalui Papan Interaktif Digital (IFP) dan laptop.

Peningkatan Kompetensi Guru

Namun, Mu’ti menegaskan teknologi bukan segalanya. Peningkatan kompetensi guru melalui PPG serta pelatihan deep learning, coding, dan AI tetap jadi fokus utama. “Secanggih apapun teknologi, guru tetaplah agen peradaban. Karena itu, kualitas guru harus menjadi prioritas,” ujarnya.

Khusus untuk SMK, Kemendikdasmen menjabarkan strategi lewat Program Pengembangan SMK 2025. Fokusnya meliputi Program SMK Pusat Keunggulan, pengajaran berbasis pabrik atau Teaching Factory (TeFa), hingga Program Sertifikasi Bahasa Asing.

“Pesannya jelas, yaitu bagaimana menghasilkan SDM lulusan SMK yang adaptif, kompeten, dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja,” sambung Mu’ti.

Mu’ti menegaskan, pemerintah tidak bisa menanggung beban pendidikan sendirian. Dia menyerukan perlunya “partisipasi semesta” yang melibatkan sekolah, keluarga, masyarakat, dan media. “Ini adalah upaya kolaboratif membangun peradaban. Kolaborasi semesta menjadi kunci agar investasi jangka panjang menuju generasi emas 2045 benar-benar lahir,” tandasnya.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *