MAKLUMAT — Ketua Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajiian Halalan Thayyiban (LPH-KHT) PP Muhammadiyah, Prof Dr Ir Muhammad Nadratuzzaman Hosen MS MEc PhD, berharap penelitian terkait sains halal dapat terus berkembang, terutama di kampus-kampus yang dikelola Persyarikatan.
Hal itu ia sampaikan usai menghadiri konferensi internasional Thailand Halal Assembly (THA) 2025 yang digelar di Al Meroz Hotel Bangkok, Kamis (18/12/2025). Dalam forum tersebut, Nadra—panggilan akrabnya—didapuk sebagai judging committees (juri).
Menurut Nadra, THA 2025 memberikan kesan yang sangat positif dan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan sains halal di negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Forum yang menghadirkan para pakar dan peneliti dari berbagai negara itu, menurutnya mampu mencakup berbagai topik yang krusial dan menarik untuk dikaji lebih lanjut. “Cakupan temanya luas dan topiknya menarik,” ujarnya kepada Maklumat.id melalui pesan WhatsApp.
Ke depan ia meyakini bakal lebih banyak peneliti dan akademisi yang akan bergabung dalam forum tersebut.
“Banyak peneliti dan dosen akan bergabung tahun depan berdasarkan penelitian mereka dengan berbagai topik berbeda dalam hal halal,” katanya.
Lebih lanjut, Nadra berharap agar forum tersebut dapat menjadi inspirasi dan mendorong pusat halal yang dimiliki Muhammadiyah di berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) untuk bergabung, bahkan menggelar kegiatan serupa.
Hal itu, kata dia, sangat penting dalam rangka perkembangan penelitian sains halal yang unggul, serta mendorong ekosistem halal.
“Mudah-mudahan, akan mendorong semua pusat halal di Universitas Muhammadiyah untuk bergabung dalam konferensi dan juga akan menyelenggarakan konferensi halal internasional,” pungkas Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Sebelumnya, Pendiri The Halal Science Center Chulalongkorn University (HSC-CU), Bangkok, Thailand, Dr. Winai Dahlan, dalam paparannya menyoroti pentingnya pengembangan infrastruktur lembaga sains halal untuk memajukan penelitian halal hijau, sekaligus mendorong berkembangan industri dan ekosistem halal.
Melalui forum tersebut, Winai Dahlan mendorong berbagai universitas untuk mengembangkan infrastruktur sains halal dan menciptakan ekosistem halal yang berkelanjutan.
Halal, kata dia, bukan hanya berarti tanpa pork atau alkohol, tetapi terintegrasi dalam konsep green halal mencakup tiga aspek multidisiplin yang saling beririsan, yakni prinsip-prinsip halal, sains dan teknologi, serta pengelolaan lingkungan.
Sekadar diketahui, konferensi internasional THA 2025 tersebut diikuti oleh para ilmuwan, akademisi, maupun praktisi halal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Qatar, New Zealand, Jepang, Inggris, Arab Saudi, Filipina, Oman, Turkiye, Australia, hingga Swiss.
Dari Indonesia, selain Prof Nadra juga hadir Dosen UMM Prof Damat, Dosen Universitas Islam Bandung Dr Hendrati Dwi Mulyaningsih, serta Dosen IPB Prof Nancy Dewi Yuliana, yang kesemuanya menjadi judging committees.