The Washington Post Terbitkan Daftar Nama 18.500 Anak Palestina Korban Tewas Perang Gaza

The Washington Post Terbitkan Daftar Nama 18.500 Anak Palestina Korban Tewas Perang Gaza

MAKLUMAT — Harian The Washington Post mengambil langkah tidak biasa dengan menerbitkan nama dan usia 18.500 anak Palestina pada Kamis (31/7/2025). Data yang ditampilkan berasal dari Kementerian Kesehatan Palestina, sejak konflik Gaza meletus pada 7 Oktober 2023.

Menurut laporan tersebut, kementerian mengklaim bahwa data kematian dikumpulkan melalui catatan rumah sakit, kamar jenazah, laporan keluarga korban yang telah diverifikasi, serta sumber-sumber media yang tepercaya. Setiap korban tercatat dengan nomor identitas resmi.

Edisi cetak The Washington Post yang menerbitkan daftar nama anak-anak korban penyerangan Israel ke Gaza. Foto @zohranmamdani

Namun, Israel menyangsikan kredibilitas data tersebut. Mereka menuding Kementerian Kesehatan sebagai perpanjangan tangan Hamas yang menyebarkan informasi sepihak. Meski begitu, pihak Israel tidak menyodorkan angka pasti sebagai alternatif. Data terakhir dari Israel, yang dirilis pada Januari lalu, menyebutkan sekitar 20.000 militan tewas. Di sisi lain, Hamas mengklaim jumlah total korban jiwa mencapai 60.000 orang.

Dalam artikelnya, The Washington Post menyebutkan, “Beberapa anak tewas saat tidur, sebagian lainnya saat bermain. Banyak yang dikuburkan sebelum sempat belajar berjalan.” Mengutip UNICEF, Post menegaskan bahwa Gaza saat ini merupakan tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.

Baca Juga  Risma Ungkap Visi Besar untuk Pondok Pesantren di Jawa Timur

Dari data rinci yang dipublikasikan, tercatat sebanyak 915 anak meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka. Sementara untuk kelompok usia 0 hingga 12 tahun, jumlah korban mencapai lebih dari 800 anak per usia. Sedangkan untuk usia 13 hingga 17 tahun, rata-rata ada 1.000 anak yang tewas pada setiap tingkat usia tersebut.

Pemantik Media Lain

Apa yang dilakukan The Washinton Post ini menarik pemberitaan media lain. Kantor berita Turki, Anadolu Agency dan Time Of Israel, ikut memberitakan  kebijakan redaksi The Washington Post yang luar biasa tersebut.

Dalam versi digitalnya, ditampilkan pula foto dan deskripsi singkat beberapa anak yang terbunuh. Salah satunya adalah Sannd Abu al-Shaer yang meninggal pada usia 70 hari, belum sempat merayakan ulang tahun pertamanya. Kakaknya, Tariq Abu al-Shaer, juga turut gugur dalam serangan. Tariq yang berusia lima tahun sempat bercita-cita menjadi dokter anak saat dewasa kelak.

Lebih dari 900 anak yang tercantum dalam daftar itu meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka. Ketika pembaca baru menyimak sebagian kecil dari daftar, muncul catatan peringatan: “Nama-nama yang diberikan hingga saat ini mewakili kurang dari 1 persen anak-anak yang terbunuh sejak Oktober 2023.”

Di antara nama-nama yang disebut, terdapat Hind Rajab (5 tahun) dan sepupunya Layan Hamada (15 tahun). Mereka dibunuh dalam serangan yang sama. Cerita tragis Hind diceritakan secara rinci: ia menghabiskan jam-jam terakhir hidupnya terjebak di dalam mobil yang penuh dengan lubang peluru, dikelilingi jenazah enam anggota keluarganya, sembari putus asa meminta pertolongan. Selama tiga jam, seorang operator Bulan Sabit Merah tetap terhubung lewat telepon, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menghiburnya. “Cepat datang dan tangkap aku,” pinta Hind. Dua belas hari kemudian, jasadnya ditemukan.

Baca Juga  Otoritas Missouri Tetap Eksekusi Mati Imam Khalifah Meski Ada Indikasi Tak Bersalah

Layan, satu-satunya yang masih hidup di dalam mobil selain Hind, sempat menelepon layanan darurat. “Mereka menembaki kami. Tank itu ada di sebelahku,” ucapnya dalam panggilan terakhir. Beberapa detik setelahnya, terdengar rentetan tembakan.

Dalam laporan grafik kematian anak-anak yang dimuat The Washington Post, tercatat bahwa 9.327 anak di bawah usia 10 tahun telah meninggal dunia. Anak-anak menyumbang 31 persen dari total korban tewas sejak serangan dimulai.

Melalui akun X, The Washington Post juga mengunggah serangkaian 18 unggahan yang menampilkan kisah-kisah korban. Di akhir rangkaian, ditegaskan bahwa daftar tersebut baru mencakup 180 nama anak—sebuah fragmen kecil dari jumlah anak-anak yang telah kehilangan nyawa.

Apa Kata Netizen Israel?

Penerbitan data tersebut dikomentari netizen Israel. Sebagian warganet dikutip dari Times Of Israel  menyayangkan eskalasi perang yang menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar, khususnya anak-anak. Namun di sisi lain, beberapa pihak menyalahkan Hamas atas dimulainya perang yang kemudian membawa kehancuran ke wilayah Gaza.

Komentar di media sosial menunjukkan polarisasi tajam. “Perang adalah perang, dan Hamas memulainya,” tulis seorang pengguna bernama Elly Hensel. Ia menilai masyarakat Gaza juga bertanggung jawab karena memilih Hamas sebagai pemimpin.

Sementara itu, sebagian lainnya menuding Washington Post mempublikasikan propaganda. Namun hingga kini, belum ada bantahan resmi dari otoritas media Amerika tersebut terkait keakuratan data yang mereka tampilkan.

Baca Juga  PKS Resmi Dukung Duet Khofifah-Emil di Pilgub Jatim 2024

Di tengah konflik yang masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda, data anak-anak yang tewas ini menjadi pengingat bahwa yang paling menderita dalam perang adalah mereka yang tak punya pilihan: anak-anak.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *