Tips Bijak Memanfaatkan AI dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

Tips Bijak Memanfaatkan AI dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

MAKLUMAT — Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Muhammad Syifa Amin Widigdo, membagikan tips bijak menggunakan kecerdasan buatan (AI). Dia mewanti-wanti pentingnya penggunaan akal di tengah maraknya kecerdasan buatan (AI). Pesan tersebut disampaikan dalam Podcast Wonderhome Library yang tayang Jumat (16/5/2025).

Syifa menyoroti bagaimana ketergantungan berlebihan pada AI berpotensi melemahkan kemampuan berpikir kritis, terutama di kalangan mahasiswa. Ia berbagi pengalaman mengajar yang menemukan banyak mahasiswa hanya menyalin hasil analisis AI tanpa memahami isi data yang mereka kerjakan.

“Mereka hanya meng-copy hasil dari AI seperti ChatGPT tanpa memahami substansinya,” ujar Syifa seperti dilansir laman Muhammadiyah.

Fenomena ini bukan tanpa alasan, sebab Indonesia menempati posisi ketiga dunia dalam lalu lintas penggunaan AI setelah Amerika Serikat dan India, dengan 1,4 miliar aktivitas daring sepanjang 2022–2023.

Survei yang dikutip Syifa mengungkapkan bahwa 97 persen mahasiswa di Indonesia memanfaatkan AI untuk menyelesaikan tugas kuliah. Namun, 88 persen dari mereka menyadari risiko plagiarisme dan penurunan kemampuan berpikir kritis akibat penggunaan AI yang tidak bijak.

Syifa menegaskan perlunya mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS) seperti analisis, evaluasi, dan kreativitas dalam menciptakan solusi baru. Ia mengingatkan agar tidak terpaku pada kemampuan menghafal atau pemahaman dangkal saja.

Analogi Dunia Sepak Bola

Sebagai gambaran, Syifa memberi analogi dengan dunia sepak bola. Fans Real Madrid mungkin hafal klub tersebut sudah meraih 15 gelar Liga Champions, tapi belum tentu mampu menganalisis kekalahan beruntun dalam pertandingan penting seperti El Clasico.

Baca Lainnya  Haedar Nashir: Generasi Muda Harus Memupuk Persatuan dalam Keberagaman

“Jika hanya hafal tanpa analisis, kita tidak siap menghadapi kenyataan,” tegasnya.

Syifa juga mengingatkan bahwa akal merupakan anugerah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Ia mengutip ayat Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 190–191 yang mengajarkan pentingnya berpikir dan merenungi tanda kebesaran Allah.

“Jika otak kita menganggur, kita tak lebih mulia dari makhluk tak berakal,” ujarnya.

Untuk itu, Syifa mengajak agar penggunaan AI diimbangi dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis agar tetap kreatif dan inovatif. AI boleh jadi alat bantu, tapi manusia harus terus melatih otak untuk menghadapi problematika masa depan yang makin kompleks.

Podcast ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa kemajuan teknologi harus diiringi dengan kecerdasan berpikir agar manusia tetap relevan.

“Oleh sebab itu, jangan anggurkan otakmu, otakku, dan otak kita semuanya untuk memberi solusi bagi problematika kehidupan di masa depan,” pungkas Syifa.

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *