
MAKLUMAT – Pertumbuhan bisnis ritel tahun ini bakal melambat. Beberapa parameter seperti penurunan daya beli, downtrading, ancman PHK dan pembelian second brand yang menurun. Puncaknya pada Ramadan tahun ini tak secerah tahun-tahun sebelumnya.
Ketua Himpunan Penurunan ii sudah terjadi Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Jawa Timur, April Wahyu Widati menjelaskan tahun ini penuh tantangan.
Faktor daya beli yang turun tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik dalam dua bulan terakhir. Dampaknya pada basket size pembeli yang tidak hanya turun, tapi juga menyebabkan downtrading.
Melemahnya Second Brand
“Di segmen remaja wanita paling terlihat penurunan second brand. Misalnya produk kecantikan, kesehatan, kebugaran, dan lifestyle lain. Penuruna ini akibat PHK atau berkurangnya pendapatan orang tuanya,” jelas April di sela Ngobrol Biznis CIMB Niaga dengan Apindo Jatim, Senin (24/3/2025).
Second brand merupakan produk non-food yang meliputi barang kecantikan, kesehatan, kebugaran, pakaian, hingga kebutuhan non-primer. Menurut April, untuk pembelian second brand tahun 2024 lalu sudah melambat dari tahun 2023. Namun tahun 2025 ini tantangannya jauh lebih berat dibanding dua tahun terakhir.
Ramadan tahun ini tidak memberi peluang bagus bagi peritel untuk meningkatkan penjualan. Padahal pembelanjaan konsumen sepanjang Ramadan berkontribusi pada pertumbuhan ritel 40 persen per tahunnya.
Gejolak Jasa Titip
“Tahun ini (pertumbuhan ritel) mungkin ga sampai double digit. Ini untuk yang Ramadan, ya. Kurang lebih seperti itu, meski Ramadan sudah memasuki pekan ketiga,” April menambahkan.
Tantangan lain yang terlihat kecil tapi bisa memukul ritel dan penyewa ritel adalah jasa titip (jastip) barang dari luar negeri. Jastip memberi dampak luar biasa karena penyedia jasa menerima cuan dari nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Butuh Stimulus Usaha
Hippindo Jatim berharap pemerintah bisa memberi sentuhan bagi pelaku usaha secara umum. Terutama bagi penyewa dan pelaku usaha ritel yang berkontribusi pada daya beli masyarakat. Sebab, salah satu komponen pertumbuhan ekonomi nsional adalah konsumsi rumah tangga.
Sejalan dengan itu, April berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak kontraproduktif dengan kebutuhan pelaku usaha. Sebut saja kemudahan berinvestasi, kenaikan pajak, kenaikan UMK, hingga kemudahan perizinan yang bisa menghambat konsumsi belanja.