MAKLUMAT – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) semakin menegaskan komitmennya untuk melahirkan lulusan yang mandiri dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Komitmen itu terekam dalam kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Malang, pada 23 September 2025
Kolaborasi keduanya diwujudkan melalui pendirian Z-Coffee, sebuah kedai kopi di lingkungan kampus. Kedai ini bukan sekadar unit usaha berbasis FnB. Melainkan sebuah laboratorium bisnis nyata tempat mahasiswa bisa belajar sekaligus mempraktikkan teori kewirausahaan.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UMM, Nur Subeki, menegaskan bahwa program ini selaras dengan visi kampus untuk membentuk lulusan yang unggul sekaligus mandiri.
“Kedai Z-Coffee bukan sekadar tempat jual-beli kopi. Ini adalah ruang belajar praktik bisnis, mulai dari manajemen, operasional, hingga inovasi produk,” ujarnya. Menurut Subeki, kemandirian mahasiswa adalah buah dari bimbingan akademik yang kuat sekaligus pengalaman lapangan.
Kawah Chandradimuka Mahasiswa
Model kewirausahaan mahasiswa yang dibangun UMM ini mendapat apresiasi tinggi dari BAZNAS Kota Malang. Kepala BAZNAS, Prof. Dr. Kasuwi Saiban, menyebut Z-Coffee sebagai bentuk pendayagunaan zakat produktif.
Alih-alih sekadar bantuan konsumtif, dana zakat ditanamkan dalam usaha berkelanjutan, yang hasilnya untuk pengembangang dan pemberdayaan mustahik di Kota Malang. “Ini adalah contoh, bagaimana zakat bisa menjadi instrumen ekonomi syariah yang produktif,” katanya.
Dalam pendampingannya, UMM juga memastikan mahasiswa terlibat secara penuh dalam rantai bisnis. Novi Puji Lestari, mewakili Pembina Kewirausahaan UMM, menjelaskan bahwa mahasiswa akan mendapat pengalaman langsung mulai dari sourcing biji kopi, proses roasting, branding, hingga pemasaran.
“Tujuannya menumbuhkan mental entrepreneur sejati, yang mampu melihat peluang sekaligus mengelola risiko,” jelasnya.
Sentra Aktivitas Civitas dan Publik
Lokasi Z-Coffee yang berada di jantung kampus UMM. Kampus putih berharap kafe ini menjadi destinasi baru bagi civitas akademika maupun masyarakat umum. Lebih jauh, kedai ini diproyeksikan menjadi ruang diskusi dan workshop kewirausahaan mahasiswa.
Lewat Z-Coffee, UMM memperlihatkan bahwa perguruan tinggi bukan soal menyipkan klulusan mahasiswa. Peran kampus juga memberi bekal mental dan keterampilan berwirausaha.
Sinergi dengan BAZNAS menjadikan proyek ini lebih dari sekadar bisnis—ia menjadi model integrasi pendidikan, ekonomi syariah, dan pemberdayaan sosial.