MAKLUMAT – Lagu Ya Allah Lindungi Bilqis mendadak viral di berbagai platform media sosial. Potongan videonya ramai dipakai warganet, disertai komentar unik hingga doa-doa tulus yang dilantunkan secara spontan. Fenomena ini pun memantik diskusi publik: apakah berdoa sambil bernyanyi dibolehkan dalam Islam?
Sebagian warganet menganggap doa yang dilagukan justru terasa lebih menyentuh. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan batasannya dari sisi adab dan tuntunan agama. Menjawab hal itu, para ulama menjelaskan bahwa esensi doa bukan terletak pada bentuk atau iramanya, melainkan pada niat dan kekhusyukan hati.
Dalam Islam, doa merupakan inti ibadah dan bentuk paling jujur dari ketergantungan manusia kepada Allah SWT. Karena itu, cara berdoa tidak semata diukur dari aspek lahiriah, tetapi dari niat, adab, dan kesungguhan batin.
Bolehkah Doa Dinyanyikan?
Pada dasarnya, melagukan doa diperbolehkan, selama tujuan utamanya benar-benar untuk berdoa, bukan sekadar bernyanyi atau menonjolkan keindahan suara. Ketika doa dilagukan, ruh doa—yakni penghambaan, ketundukan, dan harapan kepada Allah—harus tetap dijaga.
Tradisi Islam sendiri mengenal bacaan yang dilagukan dengan indah. Al-Qur’an dibaca dengan tartil, adzan pun dikumandangkan dengan nada. Semua itu bukan untuk hiburan, melainkan agar makna dan kekhusyukan lebih meresap ke dalam jiwa.
Namun, jika fokus beralih pada estetika suara atau performa vokal, maka substansi doa dikhawatirkan memudar. Rasulullah SAW telah menegaskan kaidah utama dalam beragama:
“Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung pada niatnya.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Artinya, niat menjadi penentu nilai ibadah, termasuk dalam doa yang dilagukan.
Empat Adab Berdoa Menurut Tarjih Muhammadiyah
Dalam buku Tuntunan Dzikir dan Doa Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah, dijelaskan empat adab utama yang dianjurkan dalam berdoa, termasuk ketika doa dilagukan.
Pertama, mengangkat kedua tangan.
Mengangkat tangan merupakan simbol pengharapan dan ketundukan. Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah Maha Pemalu dan Maha Pemurah, tidak akan mengembalikan tangan hamba-Nya yang menengadah dalam keadaan kosong (HR. Ibnu Majah).
Kedua, memulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi.
Doa yang baik diawali dengan memuji Allah SWT dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Abu Dawud.
Ketiga, berdoa dengan tadharru’.
Tadharru’ berarti merendahkan diri, penuh ketundukan, dan tidak berlebihan. Al-Qur’an menegaskan agar doa dipanjatkan dengan suara lembut dan sikap rendah hati (QS. Al-A’raf: 55).
Keempat, menutup doa dengan hamdalah.
Mengakhiri doa dengan pujian kepada Allah merupakan bentuk syukur dan pengakuan bahwa segala urusan kembali kepada-Nya (QS. Yunus: 10).
Intinya: Boleh, Selama Niatnya Lurus
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdoa sambil bernyanyi atau dilagukan pada dasarnya dibolehkan, selama niatnya benar, adabnya dijaga, dan orientasinya tetap kepada Allah SWT.
Keindahan suara hanyalah sarana, bukan tujuan. Jika irama membantu menghadirkan kekhusyukan dan ketundukan, maka ia bernilai ibadah. Namun jika doa berubah menjadi sekadar nyanyian, maka ruh ibadah itulah yang hilang.
Pada akhirnya, doa—baik dilagukan maupun tidak—tidak dinilai dari merdunya suara, melainkan dari ketulusan hati yang bersimpuh kepada Tuhan semesta alam.***