MAKLUMAT — Zaini Ibrohim adalah salah satu figur muda Muhammadiyah yang memiliki talenta multidimensional dan memainkan peran penting dalam dinamika sosial-keagamaan serta politik lokal pada era 1960–1970-an di Temanggung Jawa Tengah. Lahir sebagai putra Kiai Haji Aboe Soe’oed Mansur Ghazali, penghulu Temanggung yang merupakan penerus Kiai Haji Ikhsan, Ibrohim tumbuh dalam lingkungan religius yang kuat namun sekaligus progresif berhaluan Muhammadiyah. Kedalaman spiritual tersebut berpadu dengan kreativitas seni dan kepedulian sosial sehingga membentuknya menjadi sosok yang unik yaitu seorang pelukis, penulis, komikus, pemikir, dan aktivis Muslim yang militansinya hadir baik di panggung sosial-keagamaan maupun politik.
Tulisan ini menguraikan secara ringkas biografi intelektual dan kiprah sosial Ibrohim berdasarkan data yang tersedia, termasuk arsip-arsip tulisan tangan yang disimpan oleh penulis, serta menempatkan karya-karyanya dalam konteks sosial-politik Indonesia yang penuh turbulensi pada masa transisi Orde Lama ke Orde Baru.
Kreativitas Multitalenta dalam Arena Seni dan Literasi

Ibrohim dikenal sebagai seorang seniman yang produktif. Ia melukis di kanvas, membuat ilustrasi untuk majalah, mencipta komik, menulis cerpen sejarah, dan bahkan menggubah lagu. Orientasi kreatifnya tidak berdiri di ruang hampa; karya-karyanya hampir selalu berfungsi sebagai instrumen dakwah sosial, pendidikan moral, serta kritik terhadap keadaan zaman yang sedang ia hadapi.
Ketika memimpin Pemuda Muhammadiyah Temanggung, ia bersama beberapa kawannya antara lain Sugianto, Prawoto, dan Muhammad Arsyad menggagas majalah stensilan Generata Islamika. Di sinilah kreativitasnya menemukan ruang. Ia membuat ilustrasi sampul, menulis artikel bersambung terkait pendidikan dan kehidupan sosial-keagamaan, hingga menghasilkan karikatur yang sarat sindiran dan kritik terhadap dekadensi moral, ketidakpekaan kekuasaan, serta dinamika politik Orde Lama dan awal Orde Baru yang cenderung menutup ruang aspirasi umat Islam. Melalui karya-karya ini, Ibrohim menampilkan dirinya sebagai pengamat zaman yang peka sekaligus komunikator sosial yang efektif.
Kiprah Sosial dan Politik: Dari Aktivisme Pemuda hingga Kepemimpinan Kokam
Pada dekade 1960-an, Ibrohim menjadi figur penting dalam pergerakan pemuda Islam di Temanggung. Ia turut menggerakkan KAMMI dan KAPII serta memimpin Kokam Muhammadiyah. Di tengah ketegangan politik Orde Lama, Ibrohim berhadap-hadapan langsung dengan PKI dan termasuk tokoh muda yang menjadi sasaran aksi kelompok tersebut. Situasi politik yang kompleks ini membentuk militansinya dalam mempertahankan nilai-nilai keagamaan dan moralitas sosial yang ia yakini.
Secara politik, Ibrohim bukan anggota partai; namun ia secara terbuka mendukung Masyumi, dan ketika Masyumi dibubarkan, ia beralih mendukung Parmusi. Ia bahkan pernah menjadi ketua pemenangan pemilu Parmusi di Temanggung. Perannya yang menonjol di tengah polarisasi politik awal Orde Baru membuat dirinya sempat dicurigai sebagai bagian dari gerakan Komando Jihad—sebuah tuduhan yang lebih merefleksikan paranoia politik saat itu dibanding kenyataan faktual. Salah seorang kawan dekatnya, Abu Ubaidah dari Magelang, sempat dipenjara oleh rezim Orde Baru dengan tuduhan Komando Jihad.
Karya-Karya yang Belum Sempat Diterbitkan: Analisa dan Relevansinya
Salah satu aspek penting dari warisan intelektual Ibrohim adalah banyaknya karya yang tidak sempat diterbitkan. Sudarnoto menyimpan banyak naskah antara lain Tafsir Juz Amma, kumpulan khutbah dan ceramah, naskah drama radio, kamus Arab–Inggris–Indonesia, serta beberapa komik sejarah termasuk tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan, sejarah Banjarnegara, Nabi Daud, Kalilah dan Dimnah, dan sejumlah cerita rakyat bergambar.
1. Tafsir Juz Amma
Tafsir ini menunjukkan perhatian Ibrohim terhadap pendidikan keagamaan umat, terutama generasi muda. Di tengah gejolak politik 1960–1970-an, penekanan pada pemahaman Al-Qur’an bisa dikatakan sebagai bentuk perlawanan kultural terhadap ideologi-ideologi yang dianggap dapat merusak iman antara lain komunisme yang pada masa itu berada di puncak pengaruh, terhadap dekandensi moral yang terjadi secara massif dan terhadap pertentangan politik. Dengan pemahaman yang baik terhadap al-Qur’an melalui Tafsir Juz Amma yang disusun, Ibrohim mengingatkan dan menyadarkan kepada masyarakat luas bahwa pedoman hidup yang tidak bisa diragukan kebenarannya adalah al-Qur’an.
2. Kumpulan Khutbah dan Ceramah
Kumpulan khutbah dan ceramahnya yang masih dalam bentuk tulisan tangan menandakan konsistensi Ibrohim sebagai pendidik masyarakat. Ia memanfaatkan ruang dakwah sebagai cara menjaga stabilitas moral umat di tengah perubahan sosial yang sangat cepat. Tulisan-tulisan ini juga menunjukkan kedewasaan spiritual yang mungkin tidak banyak terekspos melalui aktivitas politiknya.
3. Kamus Arab–Inggris–Indonesia
Upaya menyusun kamus trilingual ini menunjukkan keluasan cakrawala intelektualnya. Di luar kapasitasnya sebagai seniman dan aktivis, Ibrohim adalah seorang pembelajar bahasa dan teks keislaman. Ambisi membuat kamus ini mencerminkan gagasan penting tentang pembukaan akses pengetahuan Islam bagi masyarakat luas melalui bahasa yang lebih terjangkau.
4. Naskah Drama Radio
Sejumlah naskah drama radio yang ditulisnya menunjukkan bahwa Ibrohim memanfaatkan medium komunikasi yang populer saat itu. Radio pada masa itu merupakan media massa yang paling efektif untuk edukasi dan hiburan terutama di kalangan anak-anak muda. Drama-drama ini bertujuan membentuk imajinasi moral masyarakat, menanamkan nilai heroisme, kejujuran, dan keberanian.
5. Komik Sejarah: Kiai Haji Ahmad Dahlan
Komik tentang Kiai Haji Ahmad Dahlan bukan sekadar biografi visual. Ini adalah upaya Ibrohim untuk menghadirkan figur pendiri Muhammadiyah sebagai inspirasi bagi generasi muda Islam. Dalam konteks 1960–1970-an, ketika umat Islam sedang mencari arah politik dan identitas sosial baru pasca-dibubarkannya Masyumi, menghadirkan Ahmad Dahlan berarti mengingatkan kembali esensi pembaruan Islam yaitu pencerahan, modernitas, dan keberanian berpikir. Menghadirkan Ahmad Dahlan, berarti menghadirkan elan vital untuk menggerakkan secara terus menerus dakwah amar ma’ruf nahy munkar di lingkungan masyarakat yang sedang menghadapi tantangan sosial, keagamaan dan keagamaan yang serius.
6. Komik Sejarah Banjarnegara
Komik ini merekam perjuangan rakyat dan umat Islam pada masa kolonial Belanda dan Jepang di Banjarnegara. Penekanannya pada semangat keberanian, kesetiaan, dan perjuangan menunjukkan bahwa Ibrohim ingin membangun narasi sejarah yang lebih Islamis, menonjolkan kontribusi umat dalam perjuangan nasional. Ini juga merupakan pernyataan bahwa umat Islam memiliki peran historis dan moral yang penting dalam perjalanan bangsa. Terkesan kuat melalui komik ini Ibrohim sedang melawan kecenderungan historiograpi Indonesia yang tidak adil karena telah menutupi peran penting umat Islam dalam perjuangan bangsa.
Tulukabesi: Heroisme Muslim dalam Konteks Lokal Ambon
Salah satu karya penting Ibrohim adalah cerita bergambar tentang Tulukabesi. Tulukabesi adalah tokoh pejuang Muslim Maluku yang melawan penjajah, khususnya Belanda, yang ia peroleh saat bertugas di Ambon selama tiga tahun mulai tahun 1956. Dengan mengangkat tokoh lokal ini, Ibrohim menyampaikan beberapa pesan strategis.
Pertama, ia menunjukkan bahwa perjuangan Islam bersifat nasional, bukan Jawa-sentris. Mengangkat Ambon berarti menghadirkan spektrum perjuangan yang lebih luas dan inklusif. Kedua, tokoh Tulukabesi digambarkan sebagai pribadi yang gagah berani, beriman, dan cerdas. Narasi semacam ini sangat relevan dalam suasana awal Orde Baru ketika umat Islam membutuhkan figur teladan untuk membangun kembali kepercayaan diri politik dan sosial. Ketiga, Tulukabesi menjadi simbol bahwa keislaman dan nasionalisme tidak bertentangan, tetapi saling menopang.
Ibrohim menggunakan medium cerita bergambar karena ia memahami bahwa visual lebih efektif menjangkau masyarakat luas, terutama anak muda. Tulukabesi bukan sekadar hiburan, melainkan media penyadaran sejarah, identitas, dan moralitas.
Generata Islamika, Ruang Kritik dan Advokasi Moral
Majalah stensilan Generata Islamika adalah bukti bagaimana Ibrohim menjadikan kreativitas sebagai alat perubahan sosial. Di tengah minimnya ruang ekspresi politik umat Islam pada masa itu, majalah ini hadir sebagai kanal alternatif untuk menyuarakan keresahan, kritik, dan aspirasi. Karikatur-karikaturnya yang pedas namun elegan menunjukkan kecerdasannya membaca arah politik nasional, termasuk dekadensi moral Orde Lama dan kecenderungan represif Orde Baru.
Serial tulisan pendidikan dan keagamaan yang ia buat menegaskan bahwa majalah ini tidak hanya bersifat politis, tetapi juga merupakan wadah pencerahan intelektual. Generata Islamika menjadi gambaran bagaimana pergerakan pemuda Islam menavigasi masa-masa transisi politik yang penuh ketidakpastian. Melalui artikel tentang sejumlah tokoh/pemimpin umat Islam di majalah ini, narasi tentang kepemimpinan yang amanah dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral sebagaimana yang diajarkan oleh Islam memperoleh penguatan. Kepemimpinan seperti ini sangat dibutuhkan bagi bangsa Indonesia supaya menjadi baldatun thoyibatun wa robbun ghofur, bukan kepemimpinan yang korup, tidak adil dan tidak amanah serta merusak maslahahammah/kepentingan umum.
Representasi Generasi Muda Muslim Indonesia
Ibrohim adalah representasi generasi muda Muslim Indonesia yang kreatif, religius, dan progresif pada masa-masa penuh gejolak 1960–1970-an. Ia memadukan seni, intelektualitas, dan aktivisme dalam satu tubuh perjuangan. Karya-karyanya, termasuk yang belum sempat diterbitkan, merefleksikan keprihatinan mendalam terhadap persoalan keagamaan, moralitas publik, sejarah nasional, dan masa depan umat.
Melalui Generata Islamika, komik-komik sejarah, tafsir, naskah dakwah, hingga drama radio, ia membangun narasi alternatif di tengah keterbatasan ruang politik umat Islam. Dengan demikian, Ibrohim layak ditempatkan sebagai salah satu figur penting dalam sejarah intelektual dan kebudayaan Islam Indonesia, meskipun namanya tidak banyak muncul dalam catatan sejarah formal dan panggung nasional. Ia adalah aktor lokal Muhammadiyah, akan tetapi Gerakan dan gagasan penting dan utamanya menembus untuk banyak orang. Wallahu a’lam.