
MAKLUMAT — Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menghadapi dampak signifikan dari perubahan iklim yang terjadi.

Salah satunya adalah naiknya permukaan air laut, meningkatnya suhu, dan intensitas bencana alam seperti badai dan banjir telah mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir serta kehidupan masyarakat yang bergantung pada ekosistem tersebut.
Salah satu contoh konkretnya adalah abrasi yang terjadi di pesisir pulau Jawa terutama di Jawa Tengah disekitar pesisir demak, brebes dan sekitarnya. Abrasi telah mencapai 7,957 hektare lahan yang menenggelamkan ribuan rumah penduduk, sawah dan tambak yang tentu sangat merugikan masyarakat.
Oleh karena itu, salah satu solusi strategis untuk menghadapi meningkatnya air laut adalah dengan melakukan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah pesisir laut Jawa.
Fungsi Lingkungan Mangrove
Mangrove memiliki peran ekologis yang sangat penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Menurut beberapa studi internasional, mangrove mampu menyerap karbon hingga empat kali lebih banyak dibandingkan hutan tropis di daratan.
Fungsi ini menjadikan mangrove sebagai solusi berbasis alam (nature-based solution) dalam mitigasi perubahan iklim melalui penyimpanan karbon biru (blue carbon). Selain itu, mangrove berfungsi sebagai penghalang alami yang melindungi garis pantai dari abrasi, gelombang tinggi, dan tsunami.
Mangrove bukan hanya menjadi pelindung alami dari dampak perubahan iklim, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Terdapat beberapa penelitian terkait fungsi magrove. Salah satunya adalah penelitian dalam jurnal Global Ecology and Biogeography menekankan pentingnya mangrove sebagai habitat bagi berbagai spesies laut yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis.
Akar-akar mangrove yang lebat menciptakan tempat berlindung dan berkembang biak bagi ikan, udang, dan kepiting, yang merupakan sumber daya penting bagi nelayan lokal. Selain itu, mangrove juga membantu menyaring limbah dan menjaga kualitas air di lingkungan pesisir.
Fungsi Ekonomi Mangrove
Dalam perkembanganya, mangrove tidak hanya punya fungsi ekologi akan tetapi jupa punya manfaat ekonomi, Dari sisi ekonomi, ekosistem mangrove memberikan sumber daya yang bernilai tinggi.
Masyarakat pesisir sering kali menggantungkan penghasilan mereka pada hasil perikanan yang bergantung pada ekosistem mangrove. Penelitian dalam jurnal Ocean & Coastal Management menunjukkan bahwa keberadaan mangrove dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan hingga 30%. Hal ini mengingat fungsi mangrove sebagai area pemijahan dan pembesaran ikan. Selain itu, produk kayu bakau, madu, dan hasil hutan non-kayu lainnya memberikan alternatif pendapatan tambahan.
Tidak hanya itu, kebutuhan untuk ruang terbuka hijau plus ruang edukatif outdoor yang tinggi hutan mangrove juga berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata dan pendidikan yang berbasis lingkungan atau ekowisata dan eduwisata.
Di berbagai daerah seperti di Surabaya Jawa Timur terdapat Ekowisata Mangrove Wonorejo, Jawa Tengah, Bali, dan Kalimantan, hutan mangrove telah dijadikan destinasi wisata yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat setempat tetapi juga meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian mangrove.
Meskipun Mangrove memiliki banyak manfaat, realitas kondisi hutan mangrove di Indonesia menghadapi tekanan besar akibat aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan menjadi tambak, pertanian, dan pembangunan.
Data yang kami dapat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa sekitar 600.000 hektare hutan mangrove di Indonesia dalam kondisi kritis. Kerusakan ini berdampak pada penurunan fungsi ekologis dan ekonomis mangrove, sehingga memperburuk kerentanan wilayah pesisir terhadap perubahan iklim, kondisi ini tentu sangat menghawatirkan.
Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk merehabilitasi hutan mangrove. Program rehabilitasi seperti Gerakan Nasional Rehabilitasi Mangrove (GNRM) yang diluncurkan pada tahun 2020 bertujuan untuk memulihkan ekosistem mangrove di kawasan pesisir.
Pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal sangat penting untuk memastikan keberhasilan program rehabilitasi. Studi dalam jurnal Environmental Science & Policy menggarisbawahi bahwa keterlibatan masyarakat dalam penanaman dan pemeliharaan mangrove dapat meningkatkan keberlanjutan jangka panjang proyek tersebut.
Melihat realitas urgensi mangrove, penting dilakukan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menyadari pentingnya menjaga keseimbangan alam serta melestarikan lingkungan guna meminimalisir dampak perubahan iklim. Di sisi lain, menjaga alam juga membuka potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan, seperti ekowisata dan ekoedukasi.
Kesimpulan
Dari berbagai argumentasi dan data di atas maka dapat kita simpulkan bahwa, upaya rehabilitasi mangrove di kawasan pesisir Indonesia sangat penting. Setidaknya memiliki dua tujuan utama.
Pertama, mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan manfaat ekologis yang signifikan, seperti menyerap karbon dalam jumlah besar dan melindungi garis pantai, maka mangrove berkontribusi besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Kedua, manfaat ekonomi. Keberadaan mangrove juga menjadi sumber daya ekonomi penting bagi masyarakat pesisir melalui hasil perikanan, produk hutan, dan potensi ekowisata dan eduwisata mangrove dapat memberikan kontribusi ekonomi masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, Kolaborasi antara pemerintah, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memulihkan ekosistem mangrove yang rusak dan memastikan keberlanjutannya. Dengan pengelolaan yang baik, mangrove dapat menjadi investasi jangka panjang bagi kelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi Indonesia di masa depan. wallahu a’lam bishawab.
- Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya & Pengamat Sosial