23 C
Malang
Sabtu, November 23, 2024
SosokMantap Berjuang di Jalur Politik, Soroti Persoalan Perempuan

Mantap Berjuang di Jalur Politik, Soroti Persoalan Perempuan

Aisyah Ulfa Syafi’i.

GEN politik menurun dari sang ayah yang merupakan anggota legislatif. Sudah begitu, dia tumbuh dalam lingkungan para pejuang-pejuang politik. Dia adalah Aisyah Ulfa Syafi’i.

Mewarisi gen politik dari sang ayah H. Syafi’i Thoyib tersebut, Aisyah mantap mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) dari Partai Nasdem di Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Timur I, yang mencakup Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo.

Apa yang membuat perempuan asal Kota Kediri lantas bergelut di dunia politik? Dia memiliki keresahan melihat kondisi dan situasi politik terkini, terutama persoalan masih banyaknya perempuan yang seolah alergi terhadap politik, sehingga banyak hal isu-isu tentang perempuan, isu-isu tentang dinamika ke-Indonesia-an saat ini yang bersentuhan dengan politik yang sama sekali kita (perempuan) tidak memasuki wilayah itu, hanya sekedar menjadi suara-suara sumbang di luar dan tidak ada yang benar-benar masuk di lapangan dan berjuang di dalam sistem politik itu sendiri.

”Ini juga kritik tentang bobroknya sistem demokrasi kita, yang menyebabkan tingginya biaya (high cost) politik, sehingga berdampak pada tersingkirnya orang-orang yang sebenarnya kompeten, pada akhirnya kalah, tersisih oleh orang-orang yang hanya bermodal finansial besar. Ini hal yang berat, terkait edukasi politik ini,” katanya kepada Maklumat.id.

Sebab itu, Aisyah menegaskan, dirinya akan berkonsentrasi pada isu-isu terkait perempuan, pendidikan, termasuk pendidikan politik, serta tentang kebudayaan.

“Budaya kita sudah mulai rusak, begitu banyak ketimpangan, dekadensi moral, dan begitu banyak hal-hal yang carut marut, pelecehan dan kekerasan seksual, dan sebagainya,” tegasnya.

Meski belakangan isu-isu perempuan sudah mulai banyak dibahas dan menjadi fenomena tersendiri, namun menurut alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu, masih banyak problem yang dihadapi oleh kalangan perempuan.

“Mungkin sudah ada sedikit peningkatan, misalnya betapa fenomenalnya emak-emak, itu kan menunjukkan sebuah indikasi bahwa kaum perempuan itu sudah mulai ada kesadaran politik. Meskipun secara kualitas itu masih menjadi pertanyaan, bahwa kaum perempuan tentu harus sadar siapa pemimpin yang tepat, wakil-wakil rakyat yang tepat yg memang berjuang untuk menyuarakan dan memperjuangkan mereka, yang memperjuangkan perempuan, bahwa perempuan itu bukan lagi subordinat,” terangnya.

Menyorot tentang keterwakilan dan keterlibatan perempuan dalam politik, Aisyah berharap agar kedepan kaum perempuan memiliki edukasi yang bagus dalam berbagai bidang termasuk politik. Sebab bagi dia, perempuan adalah pilar paling penting dalam pendidikan dan perkembangan generasi anak bangsa di masa depan.

“Perempuan yang memiliki komitmen dan kedepan tentu memiliki komitmen bagi anak bangsa kedepan. Bagaimana agar perempuan bisa menjadi kokoh dan menjadi benteng bagi bangsa dan negara, serta generasi anak bangsa masa depan,” jelasnya.

Selain itu, sebagai seseorang yang tumbuh dan besar di lingkungan Muhammadiyah, Aisyah berharap agar kader-kader Muhammadiyah yang bergelut di dunia politik semakin berlimpah.

“Muhammadiyah sebagai ormas besar keagamaan sangat dan harus peduli dengan kader-kader politik, terutama mereka yang maju mencalonkan diri di Pileg (Pemilihan Legislatif). Sebab keterwakilan kader-kader Muhammadiyah ini sangat penting untuk menyuarakan perjuangan Muhammadiyah, perjuangan umat, dan kepentingan-kepentingan yang sifatnya krusial, termasuk dalam mengawal undang-undang, itu penting karena berdampak pada kemaslahatan umat,” ungkapnya.

Menurut Aisyah, Muhammadiyah harus memberikan dukungan penuh bagi kader-kader yang potensial, yang memiliki komitmen dan integritas, bukan kader asal-asalan. Melainkan kader yang memang sudah berjuang dari awal dan dari bawah, sehingga tidak perlu diragukan lagi komitmen dan kompetensinya bagi persyarikatan maupun bagi bangsa dan negara.

Dia berpendapat, Muhammadiyah yang memiliki Ortom (Organisasi Otonom) yang fokus pada isu perempuan, menunjukkan bahwa Muhammadiyah juga menaruh perhatian serius terhadap persoalan-persoalan keperempuanan. Selain daripada itu, bagi Aisyah saat ini cukup banyak produk legislasi yang kontroversial, sehingga di situlah kader-kader politik Muhammadiyah harus berperan.

“Kenapa harus banyak wakil dari Muhammadiyah untuk duduk di parlemen? karena tentu mereka paham persoalan kebangsaan, persoalan yang digarap oleh Muhammadiyah, terlebih persoalan-persoalan yang dihadapi umat,” sebutnya.

Yang terjadi hari ini, lanjut Aisyah, banyak aturan-aturan atau undang-undang yang menimbulkan pro-kontra, yang menjadi kontroversi dan seringkali malah tidak pro-rakyat. Itu semua salah satunya karena Muhammadiyah tidak punya wakil yang bisa mewarnai dan memengaruhi proses legislasi atau pembentukan kebijakan itu secara langsung. Kalaupun ada, tidak cukup banyak sehingga akan kalah dengan yang lainnya.

“Maka dari itu, penting bagi Muhammadiyah untuk mendorong dan mendukung penuh kader-kader politiknya, sehingga bisa memengaruhi dan terlibat secara langsung dalam proses pembentukan kebijakan itu, memperjuangkan kebijakan yang memiliki kemaslahatan yang luas bagi umat,” jelasnya. (*)

Reporter: Ubay

Editor: Mohammad Ilham

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer