KETUA Umum PP Aisyiyah Dr Salmah Orbayinah menyebutkan, krisis kemanusiaan bukan hanya disebabkan oleh konflik perang saja, tetapi juga dampak dari krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Hal itu dia sampaikan dalam Resepsi Milad ke-107 Aisyiyah yang digelar di Universitas Aisyiyah Surakarta (Aiska),Ahad (19/5/2024). Milad mengusung tema ‘Memperkokoh dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta’.
Menurut dia, berdasarkan sejumlah riset diprediksi tahun 2024 akan menjadi tahun terpanas yang pernah terjadi, yang akan diikuti dengan sejumlah bencana alam akibat krisis iklim.
“Krisis kemanusiaan yang lain yaitu krisis iklim yang juga semakin meningkat dan meninggalkan jejak kehancuran. Tahun 2024 diperkirakan akan menjadi tahun terpanas yang pernah terjadi, bersamaan dengan bencana iklim, mulai dari topan tropis di Afrika Selatan, hingga kebakaran hutan di Eropa, dan kehancuran yang diakibatkan oleh badai di Libya,” terangnya.
Dampak dari bencana akibat krisis iklim tersebut, kata Salmah, menyebabkan lonjakan signifikan terhadap jumlah pengungsi. Bahkan menyentuh sekitar 45 persen dalam satu tahun antara 2021 dan 2022.
“Bencana alam yang diakibatkan oleh dampak perubahan iklim telah mengakibatkan banjir, tanah longsor, kekeringan yang panjang, menambah daftar panjang problem-problem kemanusiaan yang kita hadapi,” ungkapnya.
“Banjir dan kekeringan menyebabkan banyak keluarga harus mengungsi, kehilangan tempat tinggal, kehilangan mata pencaharian, terkena berbagai penyakit,” imbuh akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut.
Salmah mewanti-wanti, persoalan krisis iklim harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh elemen di dunia, untuk bersinergi memformulasikan upaya dalam mengatasinya. Sebab, menurut dia, krisis iklim adalah permasalahan global yang mengancam keberlangsungan peradaban umat manusia.
“Dampak perubahan iklim akan semakin meluas dan semakin dirasakan dampaknya jika tidak dilakukan upaya yang serius, multipihak, dan sinergis untuk mengatasinya,” tandas dia.
Dia mencotohkan sejumlah dampak krisis iklim yang juga dirasakan Indonesia. Dalam tiga bulan terakhir, terang Salmah, terdapat bencana yang berurutan dan menyisakan keprihatinan.
Menurut dia, bencana-bencana alam tersebut terjadi karena pengaruh iklim global dan sekaligus penjagaan alam yang kurang maksimal.
“Pada Bulan Maret 2024 terdapat banjir bandang di Kudus dan Demak yang mengakibatkan lalu lintas terputus dan ribuan warga mengungsi. (Kemudian) tercatat 35 kepala keluarga di Kabupaten Bandung Barat harus mengungsi karena tanah longsor yang terjadi pada 4 Mei 2024,” sebutnya.
“Jumlah korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin, banjir bandang dan longsor di daerah Agam, Tanah Datar dan Padang Panjang, Sumatera Barat terus meningkat. Ada korban jiwa meninggal, luka-luka dan ribuan mengungsi,” imbuh Salmah.
Reporter: Ubay NA
Editor: Aan Hariyanto