
MAKLUMAT — Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, menyoroti fenomena meningkatnya tindakan yang menurutnya tidak terpuji di masyarakat, terutama yang melibatkan generasi muda.
Pria yang akrab dipanggil Buya Anwar itu menyebut, lemahnya keimanan dan ketakwaan individu menjadi akar persoalan dari berbagai masalah moral yang kini meresahkan.
Menurutnya, iman yang lemah itu menjadi pemicu perilaku negatif seperti mencuri, membunuh, berzina, hingga korupsi. Dalam pandangannya, perilaku semacam itu menunjukkan hilangnya nilai spiritual dalam diri seseorang.
“Salah satu hadis menyatakan bahwa ketika seseorang berbuat kejahatan, contohnya mencuri, berarti iman telah terbang dari dalam dirinya,” ungkapnya mengutip Inilah.com, Jumat (27/12/2024).
“Jika ada orang berzina, maka saat dia melakukan itu, iman terbang dari dalam dirinya,” sambung Buya Anwar.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Lebih lanjut, Buya Anwar menegaskan perlunya langkah konkret dari berbagai pihak untuk membendung meningkatnya perilaku-perilaku atau tindakan-tindakan tercela.
Ia menyorot pentingnya peran pemerintah dalam menegakkan hukum secara adil dan tegas kepada siapa pun para pelaku tindak kriminal.
“Pemerintah harus melakukan proses hukum,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat memiliki peran penting dalam memberikan sanksi sosial kepada pelanggar norma agama dan budaya.
“Masyarakat, meskipun tidak boleh menghukum, bisa memberikan sanksi sosial kepada mereka yang melanggar ketentuan agama, adat, dan budaya bangsa,” imbuh Buya Anwar.
Menurut dia, sanksi sosial menjadi salah satu cara efektif untuk mencegah perilaku menyimpang. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak diam terhadap tindakan tak terpuji di lingkungannya.
“Hukum sosial ini efektif, dan masyarakat tak boleh diam agar kegiatan-kegiatan tak terpuji ini tidak terjadi,” tegas Buya Anwar.
Agama adalah Landasan Moral
Pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu juga menekankan pentingnya nilai-nilai agama sebagai panduan hidup dan landasan moral individu. Ia menilai, pelanggaran terhadap nilai agama seharusnya dihukum oleh hati nurani dan kesadaran diri.
“Jika seseorang durhaka kepada orang tua, misalnya, mungkin tidak ada hukum negara yang menghukum,” ujarnya.
“Namun, nilai agama dan hati nurani menjadi pengendali. Kesadaran akan dosa itu yang menjadi rem untuk tidak melakukan tindakan buruk,” sambung Buya Anwar.
Menurut dia, pemahaman mendalam terhadap ajaran agama akan membantu individu memiliki arah yang jelas dalam menjalani kehidupan. Hal ini, kata Anwar Abbas, menjadi salah satu upaya penting untuk membendung berbagai persoalan moral yang kini dihadapi masyarakat.
“Jangan sampai seseorang melakukan kesalahan, tetapi tidak merasa bersalah atau berdosa,” pungkas Buya Anwar.