Diabetes Jadi Ancaman Serius bagi Pekerja Perkotaan, Dosen UNAIR Tekankan Pentingnya Deteksi Dini

Diabetes Jadi Ancaman Serius bagi Pekerja Perkotaan, Dosen UNAIR Tekankan Pentingnya Deteksi Dini

MAKLUMAT – Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Mahmudah Ir MKes menegaskan bahwa diabetes melitus (DM) masih menjadi salah satu penyakit tidak menular dengan angka kematian tinggi di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2020, DM tercatat sebagai penyebab kematian keenam tertinggi, dengan sekitar 40 kasus per 100.000 penduduk.

“Prevalensi penyakit ini terus meningkat di seluruh wilayah Indonesia. Peningkatan tersebut terkait dengan pertambahan usia penduduk, pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, perubahan pola makan, serta gaya hidup yang kurang aktif,” ujarnya, dikutip dari laman resmi UNAIR pada Rabu (15/10/2025).

Mahmudah menjelaskan, kelompok berisiko tinggi antara lain individu berusia di atas 45 tahun, penderita hipertensi, serta mereka yang memiliki kebiasaan duduk terlalu lama atau jarang berolahraga. Kondisi ini menjadi perhatian karena berkaitan langsung dengan pola hidup masyarakat perkotaan yang semakin tidak aktif.

Dalam risetnya bersama tim, Mahmudah menganalisis faktor risiko diabetes pada pekerja di wilayah perkotaan Indonesia. Mereka menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan RI. Analisis mencakup 15.745 pekerja berusia 15–64 tahun yang menjalani pemeriksaan kadar glukosa darah.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9,3 persen pekerja mengalami diabetes, 36,1 persen menderita hipertensi, dan 29,2 persen mengalami obesitas sentral. Mayoritas responden adalah laki-laki, berpendidikan rendah, dan bekerja di sektor nonformal,” jelasnya.

Perokok dan DM

Sebagian besar pekerja berusia antara 35–54 tahun dengan proporsi perokok dan bukan perokok yang hampir sama. Sebanyak 77,5 persen pekerja melakukan aktivitas fisik yang cukup, tetapi 95,1 persen tidak mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang disarankan. Pekerja dengan hipertensi dan obesitas tercatat memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes.

Baca Juga  Surabaya Siaga COVID-19, Dinkes Aktifkan Respons Cegah Dini

Analisis juga menemukan bahwa 14,8 persen penderita diabetes memiliki hipertensi. Sementara 14,9 persen menderita obesitas. Individu dengan hipertensi atau obesitas sentral punya risiko 1,7 kali lebih besar terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Risiko meningkat tajam pada kelompok usia 55–64 tahun yang memiliki kemungkinan hampir sembilan kali lebih besar untuk menderita diabetes dibandingkan kelompok usia muda.

“Menariknya, perokok harian justru memiliki risiko 36,7 persen lebih rendah dibandingkan bukan perokok. Namun, kebiasaan merokok tetap berbahaya karena berisiko tinggi menimbulkan penyakit jantung, kanker, dan komplikasi lain pada penderita diabetes,” ujarnya.

Peran Penting Perusahaan

Mahmudah menyebut, pekerja perkotaan menghadapi tantangan besar dalam menjaga kesehatan. Tantangan itu muncul akibat dari pola hidup cepat, pola makan tidak seimbang, dan waktu kerja panjang. Karena itu, perusahaan memiliki peran penting dalam mengendalian diabetes di lingkungan kerja. Pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, dan lingkar perut secara berkala dapat dilakukan. Bisa melalui kerja sama dengan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).

“Selain itu, skrining rutin bagi pekerja berusia di atas 35 tahun perlu dilakukan untuk mendeteksi dini diabetes. Program edukasi tentang pola makan sehat, pengendalian berat badan, serta bahaya merokok juga harus menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam menjaga kesehatan pekerja,” katanya.

Ia menegaskan, pencegahan diabetes tidak hanya menjadi tanggung jawab individu. Pencegahannya sangat memerlukan dukungan institusi tempat kerja dan pemerintah. “Dengan strategi pengendalian yang terintegrasi, pekerja perkotaan dapat terhindar dari risiko diabetes dan mempertahankan produktivitas yang optimal.”

Baca Juga  Airlangga Mentoring Room, Ruang Mahasiswa Mengasah Public Speaking dan Pengembangan Diri
*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *