Dinilai sebagai Kampus Inovatif dan Berdampak, UMM Jadi Rujukan Bappenas

Dinilai sebagai Kampus Inovatif dan Berdampak, UMM Jadi Rujukan Bappenas

MAKLUMAT — Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menerima kunjungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI pada Jumat (1/8/2025) lalu. Kampus putih tersebut dianggap sebagai perguruan tinggi inovatif dan berdampak luas bagi masyarakat.

Agenda Sharing Session Bappenas RI dan UMM itu membahas kontribusi nyata UMM dalam isu-isu strategis nasional, seperti stuting, kesehatan dan gizi masyarakat, pendidikan inklusif, hingga penguatan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) UMM.

Berbagai program seperti KKN Tematik dan inisiatif dari LPPM UMM dianggap menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, terutama dalam pemenuhan gizi ibu hamil dan balita.

Planner Bappenas, Hanifa Umi Haryati, mengapresiasi pendekatan UMM yang dinilainya sejalan dengan arah Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2026.

“Pendidikan inklusif dan kesehatan masyarakat menjadi prioritas nasional, dan UMM dinilai telah menunjukkan aksi nyata melalui riset, inovasi teknologi lokal, hingga pemberdayaan desa,” ujarnya, dalam keterangan yang diterima Maklumat.id, Senin (4/8/2025).

Dalam kesempatan itu, Hanifa juga menyoroti pentingnya peran UMM sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mendukung kualitas guru di Indonesia.

“Termasuk di dalamnya, kami ingin lebih mengetahui bagaimana kampus mengembangkan kurikulum, evaluasi pembelajaran, serta menyiapkan guru berkualitas untuk generasi masa depan,” lanjutnya.

Mendorong Pemanfaatan Hasil Riset

Menanggapi hal tersebut, Direktur Direktorat Saintek UMM, Prof Dr Ir Indah Prihartini MP IPU, menjelaskan bahwa pihaknya terus mendorong pemanfaatan hasil riset, terutama di bidang kesehatan, gizi, dan ketahanan pangan.

Baca Juga  Mahasiswa UMM Ciptakan Bathbomb untuk Redakan Dermatitis Atopik

Melalui program Profesor Penggerak Pembangunan Masyarakat (P3M), UMM aktif mengembangkan inovasi, salah satunya adalah beras analog tinggi zat besi sebagai solusi stunting. UMM juga terlibat dalam konsorsium perguruan tinggi untuk penanganan stunting di NTT bersama Kementerian Diktisaintek RI.

“Stunting adalah isu kompleks. Tak hanya soal gizi, tapi juga lingkungan, ekonomi, dan literasi,” tegas Indah.

Dari sisi pendidikan, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM Prof Dr Trisakti Handayani MM, menegaskan bahwa UMM telah menyelenggarakan program PPG dengan standar internasional.

Sejak 2007, UMM telah aktif dalam program sertifikasi guru. Saat ini, sistem pembelajaran yang digunakan adalah blended learning dengan kurikulum khas seperti AIK dan mata kuliah Manajemen Produksi Media Pembelajaran Digital.

Tak berhenti di situ, UMM juga memperluas kerja sama internasional dengan universitas di Australia, Rusia, Taiwan, Spanyol, dan lainnya. Pada Oktober 2025 mendatang, UMM akan berpartisipasi dalam program konsorsium pendidikan Indonesia–Australia di Manado yang didukung Kedutaan Australia.

Kepala Biro Riset, Pengabdian, dan Kerjasama Bidang VI UMM, Dr Salahudin SIP MSi MPA, menegaskan pentingnya sinergi antara UMM dan kementerian strategis seperti Bappenas.

“Inisiatif ini menjadi bukti bahwa UMM tidak hanya menghasilkan pengetahuan, tetapi juga mendorong implementasi di lapangan, utamanya aspek kesehatan gizi dan pendidikan,” tandas Salahudin.

*) Penulis: Ubay NA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *