RENCANA saya gagal total tergerus amplop yang beredar menjelang coblosan, kata seorang tim sukses. Asam lambung saya naik terkena serangan fajar. Calon yang saya dukung gagal total, kata tim sukses yang lain. Mereka berdua mengakui betapa kuatnya pengaruh uang. Semua strategi yang mereka lakukan tidak manjur menghadapi uang.
Sebenarnya kekuatan uang tidak hanya bisa menaklukkan hati para pemilih tetapi juga menggoyahkan iman para pejuang. Al-Quran mengisyaratkan dengan indah godaan kesenangan yang menggoyahkan hati pejuang. Ditamsilkan dalam kisah perjuangan Thalut melawan Jalut yang tercantum dalam surat Al-Baqarah 249.
“Maka ketika pasukan Thalut berangkat melawan pasukan Jalut, Thalut berkata kepada pasukannya: Sesungguhnya Allah menguji kalian dengan sebuah sungai yang jernih. Maka siapa yang minum airnya, dia bukan bagian dari pasukanku, kecuali mereka yang minum hanya secawuk tapak tangannya. Ternyata Sebagian besar mereka minum sekenyang-kenyangnya kecuali sedikit yang tidak. Ketika mereka melanjutkan perjalanan Sebagian besar mereka berkata: kami tidak sanggup lagi melawan Jalut dan bala tentaranya. Berkata orang-orang yang yakin akan berjumpa Tuhannya: betapa banyak kelompok kecil bisa mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah 249)
Dalam kisah ini, pasukan Thalut bukan dilarang minum air jernih. Mereka boleh minum tetapi dibatasi seukuran cawukan tangan mereka. Itulah ukuran yang cukup untuk menghilangkan dahaga. Tetapi sebagian besar pasukan tidak puas hanya minum seukuran cawuk tangan. Sebagian besar mereka ngokop dengan mulut mereka sekenyang-kenyangnya. Ngokop dalam Bahasa Jawa artinya minum langsung ke mulut tidak pakai tangan. Menunjukkan keserakahan dalam minum.
Dalam kisah ini keduanya punya dampak berbeda. Mereka yang minum sebatas cawukan tangan sesuai dengan ketentuan maka kemampuan berjuangnya tidak berubah. Tetap mereka yang minum sekenyang-kenyangnya tiba-tiba kemampuannya hilang. Perutnya kekenyangan. Tidak lagi lincah bergerak bahkan hampir tidak bisa bergerak. Mereka bilang tidak sanggup lagi menghadapi musuh.
Demikian juga dalam kehidupan nyata. Ada orang-orang yang sanggup bertahan sesuai fasilitas yang ada. Dia patuh pada ketentuan. Dia inilah orang-orang yang sanggup melakukan tugasnya dengan baik. Mereka tidak rakus. Mereka bersedia menerima imbalan sesuai dengan ketentuan yang ada. Namun ada kelompok yang ingin menerima imbalan sebanyak-banyaknya di luar ketentuan yang berlaku.
Mereka mengambil apa yang bisa diambil. Mengisap semua yang bisa diisap. Selagi ada kesempatan, selagi ada peluang, semua dilakukan untuk memenuhi keserakahan nafsu. Justru kelompok serakah ini jumlahnya mayoritas. Mereka ini semula para pejuang yang gagah berniat berlaga ke medan juang. Tetapi kemudian lumpuh karena terlalu kenyang minum air kenikmatan.
Dalam kehidupan nyata ada orang-orang yang menjalani hidupnya dengan penuh kesederhanaan. Mereka bisa menjalankan tugas yang semestinya. Tetapi ada orang-orang, ada para aktivis yang terlalu kenyang minum kesegaran air kehidupan. Mereka melebihi jatah yang semestinya. Mereka kehilangan kelincahan, bahkan kemampuan gerak karena perutnya terlalu kenyang dengan yang segar-segar. Itulah godaan para pejuang. Karena Namanya mulai dikenal maka ingin tampilannya juga berubah.
Memang godaan itu sering terkenal berupa tiga ‘TA’, harta, tahta dan cinta. Dari tiga godaan itu yang paling Utama adalah uang, uang, uang. Baru kemudian kedudukan dan asmara. Bahkan sering juga dibalik merebut kedudukan atau kekuasaan juga terkandung untuk mendapatkan uang.
Karena kekuasaan di tangan bisa untuk mempermainkan uang. Orang-orang yang perutnya sudah kenyang uang tidak bisa banyak diharapkan memperjuangkan aspirasi orang Bawah seperti dulu banyak dijanjikan.
Memang godaan terberat bagi pejuang adalah uang. Kadang-kadang itu dirasa bagian dari kebutuhan nyata. Ketika dia belum punya jabatan, naik motor dianggap biasa. Tetapi Ketika dia mendapat kedudukan, tiba-tiba motor tidak lagi mencukupi. Tidak lagi sesuai dengan jabatan atau kedudukan baru. Seakan perubahan ke jabatan harus disertai fasilitas baru. Kalau jabatan itu di pemerintahan mungkin pemerintah memberi fasilitas tertentu. Tetapi jika jabatan itu di organisasi social atau keagamaan mungkin tak selalu mudah memberi fasilitas baru.
Maka para pejuang harus selalu ingat godaan besar bagi mereka adalah uang.
Nur Cholis Huda, Penulis adalah Penasihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur
Tulisan ini sudah pernah dimuat dalam Majalah MATAN edisi 214: Mei 2024