31.8 C
Malang
Senin, Oktober 7, 2024
KilasHasan Nasbi Ajak Warga Muhammadiyah Bijak Lihat Dinamika Pemilu, Jangan Pakai Emosi

Hasan Nasbi Ajak Warga Muhammadiyah Bijak Lihat Dinamika Pemilu, Jangan Pakai Emosi

Hasan Nasbi

FOUNDER Cyrus Network Hasan Nasbi mengajak masyarakat, terkhusus warga Muhammadiyah untuk lebih bijak dalam melihat segala dinamika yang terjadi pasca pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024. Sebaliknya, jangan emosional menyikapinya.

“Kita mencoba bijak dalam melihat semua proses yang terjadi, nggak usah pakai emosi,” ujar juru bicara paslon Prabowo-Gibran saat menjadi pembicara dalam Kajian Ramadhan bertajuk: Menunaikan Amanat Kepemimpinan.

Kegiatan tersebut digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Sabtu (16/3/2024).

Menurut Hasan, segala protes yang terjadi hari ini adalah sesuatu hal yang wajar sebagai konsekuensi memilih demokrasi. Sebab, demokrasi tidak bisa menjamin terpilihnya pemimpin yang terbaik?.

“Kadang iya, kadang nggak. Demokrasi bisa menghasilkan Hitler (pemimpin Nazi Jerman). Bisa. Tapi ini pilihan yang kita ambil. Sebaliknya, demokrasi bisa menghasilkan orang seperti Nelson Mandela (mantan Presiden Afrika Selatan),” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Hasan, demokrasi juga bisa menghasilkan orang seperti Lech Walesa. Mantan Presiden Polandia itu hanya seorang buruh kapal yang bisa menjadi presiden.

“Demokrasi juga bisa menghasilkan misalnya Lula Dasilva (mantan Presiden Brazil), yang tidak tamat SD kemudian bisa jadi presiden, bisa,” imbuh alumnus Universitas Indonesia (UI) tersebut.

Lebih lanjut Hasan menyebutkan, seluruh prosedur dan tahapan yang berkaitan dengan Pemilu 2024 sudah dilewati. Maka, jika ada pihak yang tidak puas adalah hal yang wajar.

“Silakan lanjutkan ketidakpuasan anda lewat jalur yang dimungkinkan. Ada yang punya bukti-bukti, bahwa misalnya ini ada kecurangan di sini, kecurangan di sini, jalurnya sudah disediakan,” ungkap dia.

Menurut dia, kecurangan di satu tempat akan menjadi kecurangan di tempat itu saja. “Saya selalu bilang itu, Kenapa? Karena anda tidak bisa menghukum satu kejadian di satu tempat untuk berlaku secara nasional,” tandasnya.

Calon Pemimpin dan Objektif Melihat Persoalan

Hasan berpendapat, tidak banyak orang yang kemudian masuk radar untuk bisa menjadi calon pemimpin. Justru sebagian besar manusia hanya menjadi umat.

“Sebenarnya calon pemimpin itu gak banyak, hitungan jari aja orang yang akan jadi calon pemimpin itu, sebagian besar itu ya jadi umat saja, makanya sebenarnya yang perlu ditraining itu kita ditraining jadi umat, ditraining jadi masyarakat, ditraining jadi warga, bukan ditraining jadi pemimpin, karena yang jadi pemimpin itu gak akan banyak orang yang akan jadi pemimpin,” kelakarnya.

Dia menjelaskan, pemimpin yang dimaksudnya adalah pemimpin dalam konteks atau artian yang sebenarnya, terlebih menjadi pemimpin di level negara.

“Makanya saya kemarin bercanda sama teman-teman, majunya Gibran itu menghalangi anak-anak muda dan orang-orang lain yang akan maju, itu nepotisme katanya. Saya bilang, gak ada Gibran pun kita gak akan ada di kertas suara itu juga,” candanya disambut tawa hadirin.

Lebih lanjut, Hasan mengajak masyarakat agar objektif dalam melihat segala persoalan, terutama dalam konteks dinamika politik belakangan pasca Pemilu 2024.

“Tolong dirasa-rasa. Apakah ini perasaan kita saja, masalah kita saja, ataukah masalah seluruh bangsa? Jangan-jangan ini masalah kita saja, terus kita klaim sebagai masalah seluruh bangsa,” pintanya.

“Kalau anda betul-betul yakin ini masalah seluruh bangsa, saya yakin akan beresonansi dengan perasaan publik. Kalau dia tidak beresonansi dengan perasaan publik, introspeksi diri. Benar nggak ini masalah bangsa, atau jangan-jangan cuma masalah kita saja,” pungkas Hasan.

Reporter: Ubay NA

Editor: Aan Hariyanto 

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer