29.3 C
Malang
Jumat, November 22, 2024
OpiniIndonesia Milik Semua

Indonesia Milik Semua

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir

INDONESIA bukanlah benda mati yang bebas diperebutkan dan dikuasai sepihak oleh siapapun. Indonesia, adalah negara milik semua dan benda yang bernyawa. Sebagai pandangan Soepomo, Soekarno dan Moh. Hatta.

Pada Sidang BPUPK, Soepomo menegaskan bahwa Indonesia yang akan dibangun setelah merdeka bukan sekadar ragat fisik, melainkan Indonesia yang bernyawa. Di forum yang sama, Soekarno mengatakan bahwa Indonesia adalah negara untuk semua, bukan negara milik satu golongan.

Sementara itu, Moh. Hatta menjelaskan Pasal 33 UUD 1945 bahwa perekonomian Indonesia disusun atas asas ekonomi kerakyatan yang terpimpin untuk mewujudkan kesejahteraan dan hajat hidup orang banyak.

Secara ideal, Indonesia seharusnya tidak memiliki masalah krusial terkait isu-isu kesejahteraan, keadilan sosial dan kemanusiaan. Sebab, kelahiran Indonesia berasal dari gagasan kritis yang teruji secara ketat melalui periode panjang dari masa pergerakan nasional, sidang BPUPK hingga Konstituante.

Rumitnya beragam masalah yang kini justru menyelimuti Indonesia seperti korupsi yang menggurita, hutang luar negeri, kemiskinan struktural, hingga oligarki bisnis dan politik yang semakin tak terkendali adalah bekas dari kegagalan elit untuk berkomitmen dan setia pada fondasi yang diletakkan para pendiri bangsa.

Problem kita sebagai bangsa sekarang adalah kita tidak punya kesinambungan dalam merajut gagasan-gagasan dasar yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa. Bahkan mulai ada kecenderungan distorsi (pemutarbalikan realitas), kencenderungan stagnasi (kemacetan), dan kecenderungan deviasi (penyimpangan).

Menjelang 78 usia kemerdekaan RI, mari kita merenungi kembali untuk apa Indonesia ini lahir. Ada problem mendasar yang mengancam eksistensi Indonesia dan perlu dijadikan evaluasi bersama.

Masalah dan tantangan dalam berbangsa maupun dalam kehidupan umat manusia pada umumnya selalu datang silih berganti. Manusia sebagai khalifah di muka bumi (khalifat fil-ardl) dihadirkan ke dunia untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan dengan keyakinan dan kemampuan akal budinya, suatu potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya.

Ketika manusia membuat masalah maka bertanggungjawablah untuk menyelesaikannya, disertai pertaubatan untuk tidak kembali membikin masalah yang menyebabkan beban berat bagi kehidupan sesama manusia yang tidak bersalah.

Masih ada jalan bagi siapapun di negeri ini untuk menempuh jalan kebaikan sejauh di dalam dirinya masih memiliki suara hati yang jernih dan mau mendengarkannya dengan tulus.

Kita sebarkan optimistisme dan jalan kebaikan secara bersama-sama dari berbagai jalur agar jalan kebenaran dan kebaikan dapat mengalahkan segala keburukan di muka bumi. Nabi Muhammad mengingatkan, “Seorang muslim yang menanam suatu tanaman, niscaya apa yang termakan akan menjadi sedekah, apa yang tercuri akan menjadi sedekah, dan apapun yang diambil oleh seseorang dari tanaman itu akan menjadi sedekah bagi pemiliknya sampai hari kiamat datang.” (HR. Muslim dari Jabir)

Di hadist lain Nabi bersabda, “Kendatipun hari kiamat akan terjadi, sementara di tangan salah seorang di antara kamu masih ada bibit pohon kurma, jika ia ingin hari kiamat tidak akan terjadi sebelum ia menanamnya, maka hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad, Bukhari, dari Anas RA). Tebarkan benih kebaikan di ranah bangsa dan kemanusiaan semesta hingga satu hari sebelum kiamat tiba, pesan Almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif. (*)

Penulis adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir yang disampaikan dalam Forum GagasRI yang diselenggarakan Kompas Media Group, 29 Mei 2023 di Jakarta

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer