PERBEDAAN pilihan politik haruslah menjadi hal yang biasa dalam menyambut pesta demokrasi lima tahunan. Jangan sebaliknya, perbedaan malah membuat hubungan pertemanan, bertetangga, atau kekeluargaan menjadi renggang dan tidak harmonis. Apalagi membuat hubungan menjadi retak. Tidak boleh.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti menyerukan agar warga persyarikatan dalam menyikapi pemilihan umum (Pemilu) bisa sesuai dengan khittah dan kepribadian Muhammadiyah. Juga bisa bersikap biasa-biasa saja dan bisa tetap menjaga kerukunan. Sebab, perbedaan pilihan politik itu bukanlah masalah.
“Jika sakit yang jengukin juga tetangga, yang mijitin juga bukan capres-cawapres yang didukung itu. Mari kita jaga kerukunan, kalau kalian gerah, itu siapa yang kira-kira nengokkin itu siapa? Apa mungkin Pak Anies? Apa Pak Prabowo? Apa Pak ganjar? Siapa yang mau bantu kalian? Ya, tetangga,” katanya di hadapan ribuan jemaah Tabligh Akbar yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), Ahad (19/11/2023).
Penulis Buku “Guyon Maton” itu lalu menekankan tentang pentingnya menjaga kerukunan di tengah perbedaan pilihan politik dengan rasa toleran. Lebih-lebih kerukunan antar tetangga. “Mari kita jaga kerukunan kita, jaga perbedaan ini dengan rasa toleran. Terhadap perbedaan, sebab mesti pilihannya beda,” tuturnya.
Tentang penyelenggaraan Pemilu 2024, sesuai hasil konsolidasi nasional yang dilakukan PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti berpesan supaya warga persyarikatan ikut serta menyukseskan Pemilu dan menjadikan pesta demokrasi tersebut berkualitas.
Mubaligh asal Kudus Jawa Tengah itu menambahkan, sikap politik organisasi harus merujuk kepada khittah dan kepribadian Muhammadiyah. Yang mana sikap politik Muhammadiyah netral aktif. “Maksudnya adalah netral tidak memihak ke salah satu calon maupun parpol, tapi aktif membangun komunikasi dengan semua calon dan parpol,” jelasnya.
Prof Mu’ti berharap agar warga Muhammadiyah ketika menghadapi Pemilu, utama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dengan biasa-biasa saja dan juga penuh rasa toleransi. Sebab, perbedaan itu hal yang wajar. Maka yang terpenting adalah menjaga kerukunan dan setelah Pemilu, Muhammadiyah harus tetap utuh.
“Tentukan pilihan yang terbaik untuk Indonesia masa depan, dan yang penting tentu Muhammadiyah harus tetap utuh, harus tetap bersatu,” tandasnya.(*)
Sumber: Muhammadiyah.or.id
Editor: Aan Hariyanto