31.8 C
Malang
Senin, Oktober 7, 2024
KilasJangan Hanya Satu Partai, Kader Muhammadiyah Perlu Berdiaspora

Jangan Hanya Satu Partai, Kader Muhammadiyah Perlu Berdiaspora

Dari kiri, Luthfi J. Kurniawan, Muhammad Mirdasy, dan Nurbani Yusuf, dan Sirojudin dalam Sarasehan Politik dan Kebangsaan LHKP PDM Kota Malang.

KUALITAS dan kapasitas kader Muhammadiyah akan lebih terlihat apabila berani keluar gelanggang. Tetap tangguh ketika berada di luar Muhammadiyah. Itu disampaikan pengamat politik dan hukum Luthfi J. Kurniawan dalam acara Sarasehan Politik dan Kebangsaan: Politik Taktis dan Strategis Muhammadiyah, yang dilaksanakan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang di RBC Institute (20/5/2023).

”Sangat penting bagi kader Muhammadiyah untuk mengisi ruang publik. Sebaiknya jangan hanya satu di partai, melainkan perlu berdiaspora,” kata ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PWM Jatim tersebut.

Menurut dia, dengan tersebar ke beberapa partai, lalu ketika sudah jadi anggota legislatif, maka bisa bersama-sama memperjuangkan manhaj Muhammadiyah. ”Kepemimpinan politik itu wajib direbut. Sebab, segala urusan saat ini tidak lepas dari politik,” lanjut Luthfi.

Selain Luthfi, dalam acara tersebut, Ketua LHKP Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim M. Mirdasy mengatakan, Muhammadiyah saat ini yatim politik, tetapi pengin kaya dalam politik. Selain itu, begitu mudah risau ketika ada perbedaan pilihan politik.

”Ketika berbeda, dianggap orang luar. Namun, saat sudah jadi (anggota legislatif atau eksekutif, Red) semua merapat dan mengakui sebagai kader Muhammadiyah. Fenomena ini yang terjadi,” ujar Mirdasy.

Selain itu, begitu banyak orang di Muhammadiyah yang merasa letih untuk membicarakan politik. Berusaha untuk menghindarinya. ”Di sisi berbeda, LHKP disuruh untuk mengurusi semua urusan politik. Inilah situasi yang sedang terjadi di Muhammadiyah,” terang Mirdasy.

Sementara itu, Nurbani Yusuf, budayawan dari Muhammadiyah, mengatakan bahwa sebaiknya dalam politik itu tidak mudah dendam. Karena jago pilihannya kalah, lalu kemudian menjadi dendam. ”Lagipula sejak kapan Muhammadiyah menjadi oposan,” katanya.

Menurut dia, Muhammadiyah itu tidak pernah mengajak berlawanan dengan negara. Tidak ada ceritanya resolusi jihad itu datang dari Muhammadiyah. ”Cara pandang kita dalam berpolitik perlu diubah. Politik itu bersiasat. Politik itu isuk dele sore tempe,” jelas Nurbani.

Tidak ada istilahnya hitam dan putih dalam berpolitik. ”Dalam berpolitik, dua wajah itu munafik, tapi seribu wajah itu bersiasat. Maka penting bagi warga Muhammadiyah untuk tidak melihat politik itu hanya hitam dan putih,” ujar wakil ketua PDM Kota Batu tersebut. (*)

Reporter: Iqbal Darmawan

Editor: Mohammad Ilham

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer