26.7 C
Malang
Selasa, April 1, 2025
KilasKhutbah Idulfitri: Puasa dan Pelajaran Kepemimpinan dari Rukun Islam

Khutbah Idulfitri: Puasa dan Pelajaran Kepemimpinan dari Rukun Islam

Kepemimpinan dalam Islam. (Ilustrasi: Gusdur.net)
Kepemimpinan dalam Islam. (Ilustrasi: Gusdur.net)

Menjadi Pemenang, Bukan Menjadi Orang yang Rugi

Hari ini takbir, tahmid dan kalimat thoyyibah lainnya berkumandang, tanda kita menutup Ramadan 1446 H, menuju 1 Syawal dengan harapan meraih kemenangan. Benarkah kita menang, dan dari apa kita mengalami kemenangan. Baru saja kita melewati Pemilu 2024 baik pemilu presiden, pilihan senator untuk DPD RI, pilihan legislatif pada semua tingkatan dan pilihan kepala daerah. Ukuran menang di Pemilu adalah suara terbanyak dan yang mensahkan suara adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), anda bisa saja merasa tidak puas tapi jika sudah disahkan maka peluang anda hanya satu, yaitu Mahkamah Konstitusi (MK), dan begitu diputus selesai semua ketidak puasan. Itu urusan di dunia.

Pada urusan dengan Allah sang maha pencipta pun ada aturannya tentang siapa itu pemenang, dan siapa yang memutuskannya. Tidak bisa kita membuat aturan sendiri. Banyak kita yang tidak puasa lalu karena bisa beli baju baru kita mengklaim bisa beridul fitri dan meraih kemenangan, begitu juga yang tidak bershalat tarawih lalu merasa pada syawal ini kemenangan ada di tangan.

Allah mengingatkan pada surat Al Ashr (103) ayat 1-3:

Artinya: “Demi masa (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian (2) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran (3).” (QS. Al-’Ashr (103): 1-3)

Dalam peringatan ayat tersebut, jangan sampai kita tergolong orang yang merugi, tidak beruntung atau dalam lainnya orang yang kalah. Kecuali orang yang memiliki 4 kriteria, yaitu orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran. Oleh karena lihatlah perintah puasa dalam Surat Al-Baqarah.

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah (2): 183)

Syarat orang berpuasa adalah terlebih dahulu dia harus beriman, jadi jika ingin terbebas dari perintah puasa cukup tanggalkan iman, dan artinya bersiap diri mendapatkan kerugian dengan mendapatkan azab dari Allah. Dan selanjutnya tujuan berpuasa adalah untuk mendapatkan predikat status la’al laqum tattaqun menjadi pribadi yang bertaqwa, ketaqwaan inilah menjadikan kita meraih kemenangan.

Makna Puasa bagi Kepemimpinan

Dalam kepemimpinan bagi para pemenang Pemilu maupun pejabat lainnya, ingatlah bahwa ada 5 item rukun Islam yang mengajarkan kita untuk menjadi pemenang sesungguhnya, kami uraikan di bawah ini:

1. Memimpinlah dengan Keimanan

Tidak ada kemenangan dan kesuksesan menurut rumus Al Quran tanpa keimanan. Lihat pada Surah Al-Hasyr Ayat 19-20:

Artinya: “Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr (59): 19)

Artinya: “Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga. Penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (QS. Al-Hasyr (59): 20)

Siapa yang meraih kemenangan? Adalah mereka yang mengingat Allah dalam semua kesempatan. Tanpa keimanan semua akan sia-sia. Merupakan harapan yang luar biasa besar jika setiap pemimpin di republik ini, senantiasa meletakkan keimanannya sebagai dasar bersikap dan memutuskan, agar pertolongan Allah senantiasa datang.

2. Tegakkan salat maka tegaklah kepemimpinan

Rukun Islam kedua adalah salat. Menegakkan salat adalah pilar penting dalam kepemimpinan. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 45 dan juga ayat 153:

Artinya: “Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah (2): 45)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah (2): 153)

Menurut Tafsir Wajiz Kementerian Agama (Kemenag) RI, Surat Al-Baqarah ayat 153 menjelaskan bahwa Allah menimpakan cobaan kepada orang yang beriman. Karenanya, Dia meminta kaum muslimin untuk bersabar dan terus melaksanakan salat.

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah, baik dalam rangka melaksanakan kewajiban, menjauhi larangan, maupun menghadapi cobaan, yaitu dengan sabar dan salat yang disertai rasa khusyuk, Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberikan pertolongan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala cobaan.” tulis tafsir tersebut.

Tidak ada kepemimpinan tanpa ujian, tantangan dan cobaan, jadikanlah sholat sebagai wasilah pertolongan Allah. Masih banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menjelaskan pentingnya menegakkan sholat bagi kesuksesan kehidupan atau kepemimpinan.

3. Hayati Puasa akan muncul jiwa jujur

Banyak pejabat yang selama Ramadan melakukan acara buka puasa, bahkan juga ada yang melaksanakan sahur bersama, dengan foto, video dan unggahan di aneka platfrom media, termasuk media sosial (medsos). Tapi, sadarkah kita bahwa puasalah satu-satu ibadah yang tidak bisa dipamerkan, tidak bisa difoto atau video apalagi flexing pada medsos.

Manusia siapapun, hanya bisa memamerkan sebelum puasa (sahur) dan setelahnya (buka puasa), namun tidak ada jaminan orang yang sahur itu akan melaksanakan puasa dengan baik ataupun juga orang yang melakukan buka puasa tadinya dari benar-benar keadaan berpuasa.

Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”

Puasa mengajarkan kejujuran, hanya dirinya sendiri dan Allah Swt. saja, yang tahu bagaimana kualitas pelaksanaannya, maka Allah akan menganjar dengan masing-masing orang atas kualitas itu. Jika kenyakinan puasa ini melekat, pastilah ia akan enggan korupsi atau manipulasi kepemimpinanya sebab iya yakin Allah sang Maha Tahu atas segala urusan mahluk, sebab latihan puasanya hanya dengan Allah saja.

Puasa tidak hanya melatih kejujuran. Puasa, kata Yunahar Ilyas (Alm.), juga mengajarkan orang mengendalikan diri dan hawa nafsunya. Orang yang berpuasa akan lebih berhati-hati dalam ucapan, perbuatan, dan pikiran.

“Misalkan seorang pejabat, ya nggak akan mau lagi korupsi karena itu perbuatan jahat, nggak mau menipu sehingga dia menjadi pribadi yang jujur,” Puasa secara alamiah mengajarkan orang bersikap jujur. Sebab, ibadah puasa hanya Allah Swt dan pelakunya yang mengetahui. Yunahar Ilyas mencontohkan, orang yang berpuasa tidak akan meminum air secara diam-diam meski itu bisa dilakukan. Sebab, dia sadar, meski tidak ada orang yang tahu dia minum, tapi Allah dan dirinya tahu. “Inilah nilai kejujuran yang dibangun secara sunnatullah di Bulan Ramadan,” katanya. Dikutip dari Republika (Juli, 2015).

4. Keluarkan zakat dengan mengangkat kaum Mustadh’afin

Penutup rangkaian ibadah puasa adalah umat Islam yang mampu diminta mengeluarkan zakat fitrah. Dan pada sisi lain juga diharapkan mengeluarkan zakat maal sesuai nisabnya, infak, dan sedekah. Sebuah ajaran memberi dan perduli dengan orang lain yang berkekurangan. Hal ini penting dalam sikap kepemimpinan untuk menghindarkan dari sikap tamak dan sombong. Terdapat beberapa firman Allah tentang zakat antara lain.

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS Al-Baqarah: 43)

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5)

Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS An-Nur: 56)

Artinya: “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,” (QS Al-Anbiya: 73)

Lalu ada hadis yang populer dari Abu Ayyub r.a. bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw dan berkata: “Beritahukan kepadaku tentang amal perbuatan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga. Lalu beliau bersabda, ‘Sembahyanglah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan sambunglah silaturahim’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadis yang lain dari Jarir bin Abdullah r.a. ia berkata: “Aku telah berbaiat kepada Nabi Saw untuk mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan memberi nasihat kepada setiap Muslim.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jadi tunaikanlah zakat sebab zakat itu adalah untuk membersihkan dari harta kita.

5. Haji mengajarkan bekal terbaik yaitu takwa

Pada rukun kelima adalah perintah berhaji. Banyak pemimpin yang terbiasa haji dan umrah, bukan sekali mungkin bisa lebih. Tapi ingatlah bahwa Allah mengingatkan kita, dalam perjalanan hidup termasuk perjalanan keimanan dan kepemimpinan yang diukur oleh Allah adalah bekal ketakwaan, perhatikan dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 197:

Artinya (musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat! (QS. Al Baqarah (2): 197)

Seluruh para pemimpin dalam mengarungi kepemimpinannya berbekallah dengan ketaqwaan, agar sukses dunia dan akherat.

Khatimah

Besar harapan kita para pemimpin kita menjalani ibadah ramadhan dengan sebaiknya sebagai juga kita semua berharap Ramadhan kali adalah ramadhan terbaik bagi diri kita masing-masing. Penulis yakin bahwa pemimpin yang muslim telah memahami puasa dan 5 rukun Islamnya, semoga sanggup untuk melaksanakannya dalam keseharian kepemimpinannya. Ingatlah saat dilantik dengan ucapan janji dan sumpah bersama Al Quran, bersyahadat atas nama Allah dan Rasul-Nya, lalu telah dilatih satu bulan bersama Ramadan, semoga keteladanan dan kebaikan Ramadan membersamai kita semua, sehingga kemuliaan dunia dan akhirat benar terwujud. Sehingga betul kita mengakhiri Ramadan dan memasuki Syawal adalah menjadi pemenang dan bukan menjadi orang yang rugi.

____________

Oleh: Muhammad Mirdasy, adalah Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dan Direktur Pondok Modern Bustanul Quran (PMBQ) Nurul Azhar

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer