SEKITAR 27 persen anak muda di Jawa Timur memandang bahwa politik uang (money politic) adalah sebagai sesuatu yang wajar. Mayoritas di antara mereka mengaku akan menerima imbalan yang diberikan oleh para kontestan Pemilu, namun akan tetap memilih sesuai pilihan hatinya.
Hal itu berdasarkan hasil riset ‘Elektabilitas Calon dan Persepsi Anak Muda Jatim Terhadap Politik Dinasti dan Politik Uang’ yang dilakukan oleh Pusat Studi Antikorupsi dan Demokrasi (PUSAD) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
“Ini cukup mencengangkan, bahwa ternyata 27 persen anak-anak muda melihat atau menganggap money politic itu sebagai sesuatu yang wajar. Sebaliknya, 73 persen menganggap money politic sebagai sesuatu yang tidak wajar,” kata Direktur PUSAD UM Surabaya Satria Unggul Wicaksono, Jumat (27/10/2023).
Satria menjelaskan, dari 27 persen anak muda yang menganggap wajar money politics, sebesar 29,4 persen mengaku akan menerima uang atau imbalan tapi tetap akan memilih berdasarkan hatinya, sekitar 25,2 persen mengaku akan menerima uang atau imbalan dan memilih yang memberi itu, dan sekitar 19,6 persen menolak menerima uang atau imbalan.
“Dan ada sekitar 16,5 persen yang mengaku akan menerima uang tapi tidak memilih yang memberi uang. Ini hampir mirip-mirip dengan yang sikap pertama tadi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Satria mengungkapkan, ada empat kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki nilai persepsi permisif sangat tinggi melebihi daerah-daerah lainnya, yakni Kabupaten Sumenep, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Tuban, dan Kota Mojokerto.
“Lalu model-model money politic yang paling banyak digunakan adalah dengan memberi uang cash baik langsung maupun bertahap, lalu kedua bantuan sembako, ketiga adalah dagang pengaruh/jaringan, lalu bantuan infrastruktur yang ini biasanya calon incumbent, terakhir baru-baru ini ada pengembangan dengan program paket wisata,” tandas Satria.
Untuk diketahui, survei ini mengambil sampel 1.075 responden di seluruh 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur, dengan metode multistage random sampling. Margin toleransi (standart of error) 3 persen dan tingkat kesalahan di angka 5 persen. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto