22.1 C
Malang
Senin, Maret 17, 2025
SosokMirza Nuryady dan Perburuan Ilmu Nyamuk di Austria

Mirza Nuryady dan Perburuan Ilmu Nyamuk di Austria

Mirza Nuryady
Mirza Nuryady kini melakukan penelitian tentang ancaman nyamuk di Austria. Foto:UMM

MAKLUMAT — Seorang akademisi muda asal Indonesia menorehkan jejak di Eropa. Mirza Nuryady, S.Si., M.Sc., dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), berhasil meraih beasiswa bergengsi Ernst Mach-Grants Scholarship dari pemerintah Austria.

Dengan beasiswa ini, ia menempuh studi doktoral dan meneliti struktur populasi genetik nyamuk invasif yang kini menjadi ancaman serius di negeri beribukota Wina itu. “Pemerintah Austria sangat peduli dengan ancaman penyakit akibat nyamuk,” kata Mirza melansir laman UMM, Jumat (8/3/2025).

Sejak 2017, negara ini menghadapi gelombang kedatangan spesies nyamuk dari Asia, yang berpotensi menyebarkan penyakit seperti demam berdarah dan Zika virus. Tak tinggal diam, Austria segera mengembangkan riset mendalam untuk memahami pola persebarannya. Mirza kebagian peran penting: menganalisis genetik populasi nyamuk invasif ini agar upaya pengendalian lebih tepat sasaran.

Keberhasilan Mirza mendapatkan beasiswa bukan perkara mudah. Ernst Mach-Grants Scholarship memang diperuntukkan bagi mahasiswa Asia Tenggara yang ingin menempuh studi S3 di Austria. Namun, persaingannya ketat. Berbekal pengalaman riset nyamuk di UMM dan berbagai publikasi ilmiah, Mirza berhasil melewati serangkaian seleksi.

“Seleksinya cukup ketat,” ujarnya.

Tahapan pertama adalah mendapatkan profesor pembimbing di universitas Austria. Kemudian, ia harus mengantongi letter of acceptance, menyusun motivation letter, proposal riset, serta menjalani wawancara di Jakarta.

Menjadi Ahli Entomologi Medis

Mirza tidak main-main dalam menapaki jalur akademik ini. Motivasi utamanya jelas: menjadi ahli di bidang entomologi medis, khususnya penelitian nyamuk. Menurutnya, ada sekitar 3.100 spesies nyamuk yang tersebar di 34 negara, termasuk Indonesia. Studi ini relevan bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.

“Dengan studi ini, saya berharap bisa berkontribusi dalam pengendalian penyakit di Indonesia,” katanya.

Baginya, Austria adalah tempat ideal untuk memperdalam riset ini. Teknologi dan fasilitas penelitian di sana sangat mumpuni. Namun, ada hal lain yang membuatnya betah: atmosfer akademik yang solid. Austria, meski jarang menjadi pilihan utama pelajar internasional dibandingkan Jerman atau Inggris, memiliki kualitas pendidikan yang tak kalah bersaing.

“Ini keuntungan tersendiri bagi saya,” ujar Mirza.

Di luar aktivitas akademik, ia juga aktif di komunitas pelajar. Mirza kini menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Austria. Perannya bukan sekadar memimpin mahasiswa Indonesia di Austria, tetapi juga menjadi penghubung antara komunitas pelajar dengan berbagai pihak, baik di Austria maupun di tanah air.

Pesan dari Wina

Keberhasilan Mirza meraih beasiswa S3 di Austria menjadi inspirasi bagi akademisi dan mahasiswa Indonesia. Ia menegaskan, pengalaman internasional, publikasi ilmiah, serta jejaring akademik adalah kunci utama dalam seleksi beasiswa.

“Jangan ragu untuk memulai,” katanya. “Perbanyak pengalaman dalam program pertukaran atau riset internasional. Juga, aktiflah menulis dan mempublikasikan karya ilmiah.”

Sebelum menutup perbincangan, Mirza menekankan satu hal: jika ada kesempatan kuliah di luar negeri, manfaatkan sebaik mungkin. “Bangun relasi akademik seluas-luasnya,” tandasnya.***

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer