22.4 C
Malang
Rabu, Maret 26, 2025
SosokOkti Sri Purwanti: Merawat Mutu, Menjaga Reputasi UMS

Okti Sri Purwanti: Merawat Mutu, Menjaga Reputasi UMS

Kepala Bidang Audit Mutu, Monev, dan Akreditasi Nasional Tingkat Universitas UMS, Okti Sri Purwanti. Foto:IST

MAKLUMAT — Tegas, lincah, dan tetap anggun. Begitulah kesan pertama yang tergambar dari sosok Okti Sri Purwanti saat ditemui di kantor Lembaga Penjaminan Mutu (LJM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kamis (13/3/2025) pagi.

Sejak 2017, Okti mengemban tanggung jawab besar sebagai Kepala Bidang Audit Mutu, Monev, dan Akreditasi Nasional Tingkat Universitas. Peran ini menjadikannya garda terdepan dalam memastikan standar mutu seluruh program studi di UMS tetap terjaga.

“Kami mengawal audit mutu internal, monitoring dan evaluasi (monev), serta mendampingi proses akreditasi nasional,” ujar Okti melansir laman UMS.

Audit mutu internal digelar dua kali setahun, dengan persiapan selama dua bulan untuk setiap siklusnya. Proses ini bertujuan mengidentifikasi peluang perbaikan di tingkat program studi, fakultas, dan unit-unit di lingkungan UMS.

Sementara itu, akreditasi nasional menjadi tolok ukur kualitas sistem penjaminan mutu kampus. Hingga 2025, dari 74 program studi di UMS, sebanyak 55 telah meraih akreditasi unggul, naik signifikan dari 19 program studi saat Okti pertama kali menjabat.

“Prodi yang belum unggul umumnya masih baru dan sedang dalam proses pengajuan akreditasi,” jelasnya.

Akreditasi nasional mencakup sembilan kriteria utama, mulai dari visi misi, tata kelola, hingga luaran dan capaian Tri Dharma perguruan tinggi. Prosesnya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua tahun, mulai dari pengumpulan data, penyusunan laporan, hingga tahap visitasi oleh asesor.

Dalam proses ini, Okti dibantu oleh 21 fasilitator akreditasi yang bertugas me-review berkas dan mendampingi program studi. Setelah tahap awal, berkas akan diverifikasi oleh LJM dan dinilai oleh asesor internal sebelum dikirim ke lembaga akreditasi.

“Ketegasan sangat diperlukan dalam akreditasi. Tidak boleh ada area abu-abu dalam penjaminan mutu. Harus jelas apakah suatu standar sudah terpenuhi atau belum,” tegasnya.

Dari Dunia Keperawatan ke Akademisi

Nama Okti Sri Purwanti memiliki makna harapan agar ia menjadi perempuan yang bermanfaat. Lahir di Sragen, Jawa Tengah, 18 Oktober 1979, ia mengawali perjalanan akademiknya di Sekolah Perawat Kesehatan Indonesia Aisyiyah Surakarta.

Lulus dari sana, Okti memulai karier sebagai perawat di RSUD Purworejo pada 1997. Namun, semangat belajarnya terus membara. Ia melanjutkan studi diploma di Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, lalu menempuh pendidikan sarjana keperawatan di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pada 2005, ia diterima sebagai dosen di UMS dan melanjutkan studi magister serta spesialis keperawatan medikal bedah di Universitas Indonesia. Saat ini, Okti sedang menempuh pendidikan doktoral di Universitas Airlangga.

Berpindah dari dunia klinis ke akademisi menjadi tantangan tersendiri bagi Okti. “Di rumah sakit, pekerjaan selesai setelah jam kerja. Sementara di akademisi, tugas seperti riset dan evaluasi masih harus dikerjakan di luar jam kuliah,” ungkapnya.

Namun, pengalaman di dunia keperawatan justru memperkuat perannya sebagai dosen. “Dengan pengalaman langsung, saya bisa memberikan sudut pandang praktis kepada mahasiswa, sehingga mereka lebih siap menghadapi dunia kerja,” kata Okti.

Seiring waktu, kiprahnya semakin berkembang. Pada 2014, ia dipercaya menjadi Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan UMS selama tiga tahun. Kemudian, sejak 2017, ia menangani akreditasi di tingkat universitas.

Akreditasi, Kunci Kepercayaan Publik

Bagi Okti, akreditasi bukan sekadar formalitas, melainkan kunci kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi, terutama kampus swasta seperti UMS.

“Akreditasi yang baik menjadi indikator peningkatan kualitas berkelanjutan. Ini juga berpengaruh pada pemeringkatan kampus dan memudahkan lulusan dalam mencari pekerjaan,” ujarnya.

Okti optimistis UMS akan terus berkembang. Ia berharap program studi yang telah meraih akreditasi unggul dapat mengejar akreditasi internasional, sementara yang baru dapat segera meningkatkan kualitasnya.

“Kualitas ini harus dijaga dan ditingkatkan. Akreditasi bukan sekadar pencapaian, tapi sebuah komitmen,” pungkasnya.

Ads Banner

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT

ARTIKEL LAINNYA

Populer