TENSI politik mulai tinggi menghadapi konstelasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, yang dijadwalkan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang. Para kandidat yang ingin maju pun berlomba untuk mendapatkan restu partai politik.
Mereka (kandidat) melakukan lobi sana-sini. Tidak lain, semua itu dilakukan agar mereka bisa diusung maju menjadi calon. Di sisi lain, parpol beramai-ramai membuka pendaftaran untuk merekrut bakal calon.
Merespon hal itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Muhammad Sholihin Fanani meminta semua pihak agar bersungguh-sungguh untuk turut serta menyukseskan pesta demokrasi lokal tersebut.
Abah Shol, panggilan akrabnya, menilai suksesnya Pilkada Serentak 2024 setidaknya harus bisa diwujudkan dalam lima lini. Yang mana, lini pertama dan salah satu yang utama adalah partai politik (parpol). Sesuai aturan, parpol adalah pihak yang diberi kewenangan untuk bisa mengusung calon di Pilkada Serentak 2024, selain jalur perseorangan.
Maka, dia mengimbau para ketua parpol yang mempunyai hak untuk mengusung calon agar betul-betul mengusung calon yang memiliki kualitas, kapabilitas, loyalitas dan integritas untuk bisa duduk menjadi kepala daerah.
“Jangan hanya memilih (merekomendasi) calon pemimpin berdasarkan popularitas dan isi tas. Ajukan calon yang betul-betul layak untuk dipilih dan menjadi pemimpin atau kepala daerah yang mampu membawa kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya,” katanya kepada Maklumat.id, Jum’at (23/5/2024).
Kemudian, lini kedua adalah panitia penyelenggara Pilkada. Abah Shol mengharap, agar panitia penyelenggara Pilkada bisa bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab dan berdasarkan Undang-undang (UU) serta norma-norma agama dan sosial.
“Jangan mempermainkan amanat rakyat untuk mendapatkan pemimpin yang terbaik. Pemimpin yang terbaik hanya dihasilkan dari proses yang terbaik begitu juga sebaliknya,” pinta mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang, Kota Surabaya tersebut.
Lini ketiga, Abah Shol menambahkan, adalah panitia pengawas (panwas), yang diharuskan betul-betul melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Pilkada serentak 2024, di berbagai daerah dengan maksimal dan penuh tanggung jawab.
“Kami minta panwas tak segan menindak tegas peserta yang melanggar peraturan dan UU yang sudah ditetapkan. Jangan kompromi atau berdamai dengan kecurangan-kecurangan dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Ingat, tugas anda sangat berat dan besar untuk mengawasi dan memastikan Pilkada berjalan secara jujur, adil dan bersih,” tegasnya.
Selanjutnya, lini keempat, Abah Shol, mengimbau kepada para kontestan atau peserta Pilkada agar memberikan keteladanan dan contoh yang baik. Salah satunya agar para peserta tidak melakukan upaya memengaruhi masyarakat untuk memilih dengan iming-iming tertentu.
“Yakinlah bahwa lebih baik tidak terpilih dengan cara terhormat daripada terpilih dengan cara yang tidak terhormat. Yakini bahwa semua itu tidak bisa lepas dari takdir Allah. Jika anda ditakdirkan jadi, insyaallah itu adalah takdir anda, dan jika tidak terpilih maka itu yang terbaik dari Allah,” tegasnya.
Terakhir, lini kelima adalah masyarakat atau pemilih. Abah Shol menyerukan agar memilih calon pemimpin yang terbaik. Dia pun mewanti-wanti agar para pemilih bukan memilih calon pemimpin berdasarkan pemberiannya, tetapi berdasarkan kualitas dan integritasnya.
“Jangan mau diberi sesuatu apapun untuk memilih siapa calon pemimpin anda. Jika kita memilih calon pemimpin karena diberikan sesuatu maka sama dengan anda mengajari pemimpin untuk melakukan kecurangan,” tuturnya.
Lebih lanjut, muballigh Muhammadiyah itu memaparkan tentang kriteria memilih pemimpin dalam Islam. Yakni, dalam memilih pemimpin harus yang memenuhi unsur shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), serta fathonah (cerdas). Sebab, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, yang jumlahnya lebih dari sekitar 85 persen.
“InsyaAllah, jika inilah jalan yang kita lalui untuk memilih calon pemimpin, maka bangsa Indonesia akan maju dan makmur,” pungkas dia.
Reporter: Ubay NA
Editor: Aan Hariyanto