Rekalibrasi atau Tertinggal: Terminal Teluk Lamong di Persimpangan Semester Kedua

Rekalibrasi atau Tertinggal: Terminal Teluk Lamong di Persimpangan Semester Kedua

MAKLUMAT – Kinerja semester pertama belum membuat PT Terminal Teluk Lamong (TTL) berpuas diri. Sebaliknya, pada semester kedua tahun ini menjadi titik krusial bagi entitas bisnis milik PT Pelabuhan Indonesia.

Di enam bulan ke depan inilah, TTL berhadapan pada pertanyaan besar: akan mengikuti arus industri kepelabuhanan Indonesia, atau benar-benar melompat menjadi terminal bertaraf global?

Itu terjawab dalam forum TTL Power Up 2025 di Hotel Vasa Surabaya. Di mana manajemen memutuskan tidak lagi bermain aman. Di acara ini mengusung tema—Recalibrate, Realign, Recharge: Strengthening Terminal Roles for a Breakthrough.

Tanpa rekalibrasi strategi, TTL bisa tertinggal dalam persaingan yang makin kompetitif, baik di dalam negeri maupun di tingkat global.

“Kalau hanya berjalan dengan cara yang sama, TTL akan sampai di tempat yang sama,” kata Direktur Utama Terminal Teluk Lamong, David Pandapotan Sirait.

“Maka kita butuh terobosan lompatan yang memperkuat peran perusahaan dalam mewujudkan terminal berkelas dunia,” David menambahkan.

Perubahan Peta Kompetisi

Industri kepelabuhanan Indonesia tengah bergerak cepat. Tanjung Priok di Jakarta masih memegang posisi sebagai pintu utama perdagangan nasional, sementara pelabuhan di wilayah timur seperti Makassar dan Bitung bersolek menjadi distributor logistik ke kawasan Indonesia Timur.

Di tengah lanskap itu, Terminal Teluk Lamong memosisikan diri sebagai pelabuhan berkonsep ramah lingkungan dengan teknologi semi-otomatis. Namun teknologi saja nggak cukup. Dengan meningkatnya arus perdagangan global dan tekanan efisiensi biaya, setiap terminal dituntut bukan hanya untuk cepat, tapi juga adaptif.

Baca Juga  Tahun Ini Pelindo Regional 3 Fokus Standarisasi Layanan

Peluang dan Tantangan Masuknya TPK Berlian

Momentum terbesar bagi TTL datang pada 1 Juli 2025, ketika TPK Berlian resmi bergabung. Bertambahnya satu terminal, TTL otomatis mengelola tiga terminal: TPK Teluk Lamong, TPK Nilam, dan TPK Berlian. Ekspansi itu membuka peluang untuk meningkatkan kapasitas layanan, tapi juga memperbesar kompleksitas operasi.

“Value creation yang sudah berjalan akan kami pastikan berjalan di semua TPK, khususnya di TPK Berlian yang baru bergabung,” lanjut David. Dengan kata lain, integrasi ini akan menjadi tolok ukur: apakah TTL benar-benar siap naik kelas atau justru kewalahan dengan skala barunya.

Cepat, Efisien, dan Nilai Tambah

Untuk menjaga momentum, Terminal Teluk Lamong mematok tiga strategi utama di semester kedua. Pertama memperpendek waktu ship to ship (STS) agar layanan lebih cepat. Kedua, meningkatkan handling capacity sambil mengoptimalkan lapangan penumpukan dan terakhir, menguatkan engagement dengan stakeholder untuk memperluas jejaring bisnis.

Di balik itu, efisiensi energi menjadi prioritas. Rekayasa jalur haulage, pengaturan trafik, dan penurunan shifting diharapkan mengurangi konsumsi energi sekaligus memangkas biaya operasional.

“Seluruh tim akan mengoptimalkan analisa dari sisi operasional dan komersial,” tegas David.

Lebih dari Mesin dan Data

Namun, TTL sadar bahwa daya saing terminal tak hanya bergantung pada teknologi atau efisiensi. Mereka juga menyoroti Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), penerapan solusi digital di seluruh lini, hingga kesadaran setiap pegawai dalam membentuk citra positif perusahaan di era media sosial.

Baca Juga  Pelindo Terminal Petikemas Siapkan Strategi Bisnis di Semarang

“Dunia kepelabuhanan bergerak cepat, kompetisi makin ketat,” ujarnya. “Untuk bertahan, apalagi memimpin, kita tidak bisa hanya berjalan. Kita harus melompat,” tegas David memungkasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *