Saat Keselamatan Kerja Tak Lagi Soal Debu dan Asap

Saat Keselamatan Kerja Tak Lagi Soal Debu dan Asap

MAKLUMAT – Dalam dunia kerja yang terus berubah, ancaman tak lagi selalu tampak. Jika dahulu keselamatan kerja identik dengan alat pelindung diri dan penanganan zat kimia berbahaya. Persoalan sudah bergeser. kini ada bahaya baru yang tak kasat mata: mikroorganisme, jamur, alergen, hingga virus di balik sirkulasi udara ruang tertutup.

Kesadaran itu yang coba dijawab Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur melalui peluncuran Layanan Pengujian Faktor Biologi Lingkungan Kerja.

Acara ini digelar di Ruang Wawasan, Kantor Disnakertrans Jatim, Surabaya, di pengujung Juli 2025. Hadir dalam acara ini sejumlah pihak dari kalangan industri, akademisi, asosiasi profesi, hingga jajaran Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Provinsi Jawa Timur.

Peluncuran layanan tersebut bukan sekadar simbolik. Ini menjadi bagian dari pergeseran cara pandang: dari pendekatan yang reaktif menjadi proaktif, dari berbasis insiden menjadi berbasis risiko.

Perluasan Pengawasan Risiko Kerja

Kepala Disnakertrans Jatim, Sigit Priyanto, menyebut inisiatif ini sebagai bentuk penguatan sistem pengawasan K3 yang lebih menyeluruh. “Layanan pengujian faktor biologi ini memperkuat ekosistem K3 secara komprehensif,” ujarnya dalam surat resminya.

Selama ini, pengawasan terhadap lingkungan kerja terfokus pada bahaya fisik dan kimia. Padahal, risiko biologis—yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan akut maupun kronis—kerap luput perhatian. Itulah celah yang kini coba diisi.

Layanan pengujian ini melibatkan identifikasi mikroorganisme, virus, jamur, serta alergen dan kontaminan lain yang berpotensi mengganggu kesehatan pekerja. Artinya ini bukan sekadar soal uji laboratorium. Di dalamnya menyanggkut bagaimana keselamatan kerja diperluas: melindungi tubuh dari serangan yang tak terlihat.

Baca Juga  Kelas Menengah Indonesia Terjepit di Era Jokowi: Kebijakan PPN 12 Persen Bisa Perburuk Kemiskinan!

Wakil Ketua Dewan K3 Jatim, Edi Priyanto, menyambut baik terobosan ini. Baginya, dunia kerja modern menuntut respons yang lebih adaptif terhadap risiko-risiko baru yang tak kasat mata.

Perkuat Portofolio dan Identifikasi

“Ancaman di tempat kerja tak selalu terlihat. Risiko biologis seperti mikroorganisme, jamur, dan alergen adalah bahaya nyata yang harus mendapat pengawasan serius,” katanya.

Tak hanya berhenti pada pengujian, Edi menekankan pentingnya membangun budaya kerja berbasis risiko dan bukti ilmiah. “Jangan jadikan layanan ini sekadar fasilitas teknis. Jadikan ini bagian dari sistem kerja yang sadar risiko, mulai dari asesmen hingga pengendalian mandiri,” tambahnya.

Sebagai bagian dari UPT Keselamatan Kerja (K2) Disnakertrans Jatim, layanan ini semakin melengkapi portofolio pengawasan yang telah ada. Sebelumnya, UPT K2 sudah menjalankan pengujian lingkungan, emisi, kesehatan kerja, hingga pelatihan Hiperkes dan Kesehatan Kerja.

Adanya tambahan pengujian biologis, pendekatan keselamatan kerja menjadi lebih holistik.

Erna Wurjanti, Kepala UPT K2, menyebut layanan ini terbuka untuk semua sektor: industri, jasa, bahkan fasilitas kesehatan. “Ini bukan sekadar memenuhi kewajiban regulatif, tapi bentuk komitmen bersama menciptakan tempat kerja yang sehat, aman, dan produktif,” Erna menjelaskan.

Budaya K3 dan Inisiatif Kewaspadaan

Dalam sesi peluncuran, peserta juga diperkenalkan pada dokumentasi pengujian di berbagai industri. Peserta juga mengikuti diskusi teknis mengenai metode sampling dan analisis mikrobiologi. Proses yang senyap, tapi menyimpan dampak besar.

Baca Juga  Operator Bongkar Muat Lewati Tes Kelelahan, Hasilnya Mengejutkan

Keselamatan kerja, dalam pengertian yang lebih luas, bukan hanya soal mencegah kecelakaan fisik. Ia juga soal menjaga martabat manusia dalam proses produksi.

Edi menutup pesan bahwa tempat kerja yang sehat bukan hanya bebas dari bahaya, tapi juga tempat yang membangun martabat manusia. “Budaya K3 bukan dokumen, tapi tindakan,” tegasnya memungkasi.

Dengan inisiatif ini, Jawa Timur sekali lagi menunjukkan komitmennya menjadi pelopor keselamatan kerja berbasis bukti ilmiah dan inovasi laboratorium.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *