22.7 C
Malang
Jumat, Oktober 4, 2024
KilasSiapa Pun Capres-Cawapres Akan Menang Kalau Menggandeng Muhammadiyah, Ini Syaratnya

Siapa Pun Capres-Cawapres Akan Menang Kalau Menggandeng Muhammadiyah, Ini Syaratnya

Wakil Ketua PWM Jatim M. Khoirul Abduh.

SIAPA PUN calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) yang maju dalam pemilihan Presiden (Pilpres) diyakini akan mampu meraih sebuah kemenangan jika menggandeng Muhammadiyah.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur M. Khoirul Abduh menyampaikan keyakinannya itu ketika memberikan sambutan Pengukuhan Majelis dan Lembaga PDM serta PCM se-Kabupaten Sumenep. Kegiatan bersamaan dengan acara Capacity Building dan Ideopolitor itu diadakan di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Sumenep, Ahad (31/12/2023).

Abduh lalu menerangkan, syarat calon yang digandeng oleh Muhammadiyah bisa menang adalah kalau warga Muhammadiyah bisa berserikat dan suara warga Muhammadiyah harus bisa dikapitalisasi secara terstruktur dan sistematis. Dengan begitu semua potensi besar Muhammadiyah dalam konteks politik elektoral bisa terukur.

“Cuma yang menjadi permasalahan besar di Muhammadiyah, terutama dalam konteks politik adalah persoalan al-jama’ah dan at-tho’at. Itu masalah besar yang dihadapi Muhammadiyah hari ini,” ujar pria asal Jombang itu.

Dia memaparkan, warga Muhammadiyah dalam konteks politik elektoral cukup sulit untuk dikomando dan diajak untuk berserikat, kompak dan solid dalam satu tujuan yang sama. Hal itu, membuat posisi tawar Muhammadiyah dalam politik elektoral kurang diperhitungkan.

“Makanya Muhammadiyah kan gak punya capres maupun cawapres! Itu karena memang tidak diperhitungkan. Sebab, dalam konteks elektoral masih lemah, al-jama’ah dan at-tho’at itu kurang jadi suara warga Muhammadiyah itu tidak bisa terkapitalisasi dengan baik sebagai suatu kekuatan yang utuh dan patut diperhitungkan,” ungkapnya.

Meski, kata Abduh, Persyarikatan Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha Muhammadiyah (AUM) besar-besar dan berada di mana-mana. Segala bentuk pelayanan pun dilakukan mulai dari pendidikan, kesehatan hingga pelayanan sosial dan kebencanaan. Namun, dalam konteks politik kekuatan itu jauh berbeda.

“Kenapa tidak bisa berjamaah dan tidak bisa taat ke pimpinan? Padahal PDM itu dipilih melalui musyawarah bapak-ibu juga, PCM itu juga dipilih melalui musyawarah di cabang juga, semuanya di segala level kepemimpinan itu kan keterwakilan, tapi kok tidak bisa sami’na wa atho’na dengan pimpinannya itu,” sambung alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN, sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya itu.

Ke depan, Abduh berharap, dalam konteks politik warga Muhammadiyah memerhatikan betul aspek al-jama’ah dan at-tho’at, sehingga suara warga Persyarikatan dapat dikapitalisasi dan posisi tawar Muhammadiyah dalam konteks politik elektoral semakin diperhitungkan.

“Harus sami’na wa atho’na dengan pimpinannya, sehingga ketika kita bicara politik itu, Muhammadiyah punya modal besar dan bisa diperhitungkan, tidak bisa dianggap enteng. Maka, siapapun capresnya nanti, kalau dia menggandeng Muhammadiyah, dia akan menang,” tandas Abduh.

Mantan Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur itu mencontohkan imbas dari ketidaktaatan kepada pimpinan dalam Perang Uhud di masa Rasulullah Muhammad SAW.

“Di Perang Uhud itu karena tidak taat dengan pimpinan, dengan Rasulullah, tidak sami’na wa atho’na, pasukan pemanah Islam yang di atas bukit itu turun dan berebut ghanimah (harta rampasan perang), akhirnya dikepung dan diserbu oleh pasukan Kafir Quraisy, bahkan paman nabi, yaitu Hamzah ikut gugur di perang itu,” pungkas Abduh.

Reporter: Ubay NA

Editor: Aan Hariyanto

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer