PEMILIH muda menjadi kelompok pemilih paling dominan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Para kontestan Pemilu, baik itu partai politik (parpol), calon anggota legislatif maupun calon presiden dan wakil presiden, diyakini akan saling berebut suara kelompok muda dengan beragam cara.
Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Nashir Efendi mengungkapkan optimismenya bahwa pemilih muda tidak akan mudah terbawa arus, tidak mudah digiring dan dimainkan dengan isu-isu yang dikotomis.
”Misalnya dengan isu-isu teologi, isu-isu tentang agama atau semacamnya, yg sifatnya dikotomis, itu sudah tidak akan berlaku,” ujarnya dalam acara Diskusi Kopi Pahit bertajuk ‘Rebutan Pemilih Muda’, yang ditayangkan oleh kanal Monday TV itu.
Nashir berpendapat, anak muda saat ini berpikirnya lebih rasional dan realistis. Sehingga, isu-isu atau pembicaraan-pembicaraan maupun gagasan yang dibutuhkan oleh mereka adalah sebuah jalan ketiga atau alternatif.
“Isu-isu yang sifatnya lebih substansial, usefull, kemudian berkelanjutan. Itu lebih utama daripada isu-isu yang sifatnya benar-salah atau baik-buruk, tapi lebih kepada sifatnya benefit, kemaslahatan, itu yang menjadi hal utama,” terangnya.
Pemuda asal Lamongan, Jawa Timur itu menegaskan, siapa pun yang menggunakan pendekatan isu-isu identitas tidak akan berpengaruh bagi kalangan muda. Sebab, anak muda memandang bahwa apapun identitasnya adalah sama saja. “Tapi lebih kepada visi, gagasan yang dibawa seperti apa,” ungkapnya.
Meski begitu, Nashir tak menampik bahwa sekalipun anak muda sudah lebih rasional dalam menentukan pilihannya, namun tetap akan ada saja celah dan rawan untuk politik uang (money politics).
“Harus diakui, masih ada celah untuk money politics. Sebab, di usia-usia kalangan muda adalah masa-masa pencarian jati diri, mencari kepastian pendidikan, dan kepastian ekonomi,” ungkapnya.
Hal-hal seperti itu, lanjut Nashir, masih tetap ada celah, meskipun tidak sebesar pengaruh politik uang di generasi-generasi lama terdahulu.
“Anak-anak muda itu bukan berpikir untuk instan seperti serangan fajar atau semacamnya itu, tapi lebih jangka panjang kedepannya, lebih kepada kepastian untuk mereka ke depan,” selorohnya.
Sebagaimana diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah merilis Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang menunjukkan bahwa sekitar 52 persen atau lebih dari 106 juta jiwa adalah pemilih dari kalangan muda.
Rinciannya, sekitar 6 ribu jiwa pemilih berusia 17 tahun, lalu sekitar 63,9 juta jiwa pemilih di rentang usia 17 sampai 30 tahun. Terakhir, sekitar 42,39 juta jiwa pemilih muda di rentang usia 31 hingga 40 tahun. (*)
Reporter: Ubay
Editor: Aan Hariyanto