21.6 C
Malang
Sabtu, Mei 4, 2024
KilasEep Saefulloh Nilai PKB Paling Diuntungkan Cocktail Effect Pilpres 2024

Eep Saefulloh Nilai PKB Paling Diuntungkan Cocktail Effect Pilpres 2024

Pakar Politik Eep Saefulloh Fatah dalam Pengajian Ramadhan PWM Jatim

PARTAI Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai sebagai partai politik (parpol) yang paling diuntungkan dalam kontestasi pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024. Sebab, PKB diketahui mendapatkan efek ekor jas (cocktail effect) cukup signifikan. Perolehan suara dan kursi PKB naik cukup besar dalam Pemilu 2024.

Pakar Politik Eep Saefulloh Fatah mengatakan, efek ekor jas yang didapatkan PKB  lantaran sang ketua umum, Muhaimin Iskandar, ikut bertarung di pemilihan Presiden (Pilpres). Cak Imin, sapaan karib Muhaimin, dalam Pilpres tahun ini diketahui terpilih menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) berpasangan dengan Anis Rasyid Baswedan, Calon Presiden (Capres).

Namun, kata Eep, efek ekor jas yang ditimbulkan dalam case antara Cak Imin di PKB dengan Prabowo di Gerindra sangatlah berbeda. Padahal, keduanya adalah sama-sama ketua umum parpol yang juga ikut bersaing di Pilpres tahun 2024.

“Prabowo itu kan ketua umum parpol yang juga kandidat capres, tapi dia bergabung dengan incumbent, yakni bergabung dengan barisan Presiden Joko Widodo  alias Jokowi. Itulah yang membuat cocktail effectnya gak kelihatan jelas polanya. Jokowi mengaburkan efek itu,” ujarnya kepada Maklumat.id, Jumat (15/3/2024) malam.

Eep menambahkan, dalam kasus kenaikan perolehan suara Golkar misalnya, tren perolehan suaranya memang meningkat, namun dengan adanya Jokowi di situ, kenaikan itu menjadi tidak jelas polanya. “Apalagi dengan isu-isu belakangan katanya ada pengambilalihan Golkar,” imbuh Eep.

Menurut Eep, kondisi berbeda justru ditunjukkan PKB dengan Cak Imin sebagai figur di Pilpres 2024. Di mana, sosok Cak Imin mampu mendongkrak keterpilihan parpol besutannya tersebut.

“Anies sebagai figur non-partai kan, kemudian dengan Cak Imin sebagai ketua umum PKB, nah polanya untuk PKB terbaca cukup jelas, dan efeknya memang bagus. Suara PKB per hari ini kan mengalami peningkatan cukup signifikan. Bahkan diprediksi mereka bisa menambah 10 kursi di parlemen, jika dibandingkan dengan perolehan tahun 2019 lalu,” terangnya.

Lain PKB, lain Gerindra, lain pula kondisinya dengan PDIP dan PPP yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres-nya. Kasus paslon nomor urut 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud Md dan parpol pengusungnya itu seperti sebuah anomali.

“Itu (Ganjar) kan memang agak aneh ya, susah dijelaskannya. Bahwa gabungan perolehan suara PDIP dan PPP ternyata lebih tinggi dari suara capres-cawapresnya. Artinya kan ada sebagian pemilih PDIP maupun PPP yang mungkin memilih Prabowo-Gibran, atau mungkin memilih Anies-Muhaimin,” tanya dia.

Eep menerangkan, secara hitung-hitungan kasar saja, anggap suara PDIP sekitar 17 persen, dan suara PPP sekitar 4 persen. Artinya, perolehan suara Ganjar-Mahfud Md seharusnya sekitar 21 persen suara . “Tapi per hari ini, suara Ganjar dan Mahfud kan cuma 17 an persen,” imbuh Eep.

Dalam kasus tersebut, Eep menambahkan, cocktail effect adanya Ganjar terhadap kedigdayaan PDIP di Pileg 2024 pun tidak terlihat. Faktanya, meskipun partai berlogo banteng itu menjadi pemenang Pemilu, tapi perolehan suaranya tidak ada perbedaan signifikan dibandingkan dengan Pemilu 2019.

“Ya, faktanya memang Pemilu 2024 ini cocktail effect itu sulit terbaca polanya, gak jelas. Dan, salah satu faktor kiat penyebab itu ya cawe-cawenya Presiden Jokowi itu, jadi gak jelas peta dan pengaruh para figur-figur yang berkompetisi itu. Mungkin terkecuali PKB ya, mereka paling diuntungkan. Dan mungkin Nasdem, meskipun sebenarnya tidak signifikan, tapi mereka mampu bertahan di situ, itu cukup bagus,” pungkasnya.

Reporter: Aan Hariyanto

Editor: Aan Hariyanto

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer