22.4 C
Malang
Selasa, Mei 21, 2024
SosokMuhammadiyah Kaya Guru Bangsa, tapi Kekurangan Manusia Politik

Muhammadiyah Kaya Guru Bangsa, tapi Kekurangan Manusia Politik

Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, anggota DPR RI dari PAN.

Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, anggota DPR RI, menilai bahwa dari rahim Muhammadiyah telah melahirkan begitu banyak guru bangsa. Tentu saja negara ini diuntungkan dengan gagasan-gagasan, pandangan kritis, dan solusi terkait masalah kebangsaan.

”Negeri ini mendapatkan banyak asupan. Namun, tidak banyak yang tergerak masuk ke wilayah politik kekuasaan. Belakangan terasa sekali bahwa Muhammadiyah defisit politisi,” ujar peraih penghargaan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Awards 2022 tersebut kepada Maklumat.id.

Menurut dia, berdasarkan Tanwir Muhammadiyah 1998 di Semarang, ada rekomendasi agar kader Muhammadiyah yang memiliki potensi untuk memasuki ranah politik. Sejak era awal reformasi, diaspora kader mulai dilakukan.

”Namun, apa boleh dikata, hingga hari ini Muhammadiyah belum bisa mengakhiri statusnya sebagai anak yatim piatu (meminjam istilah Buya Syafi’i Maarif, Red) di ranah politik,” jelas mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) tersebut.

Muhammadiyah memang telah tumbuh dan besar dengan amal usaha Pendidikan, kesehatan, dan filantropi. Berbagai kegiataan kemanusiaan telah dilakukan yang menunjukkan Muhammadiyah sebagai organisasi dengan tingkat kemandirian tiada banding.

Namun, itu justru membuat Muhammadiyah berada dalam zona nyaman. ”Maka tidak terpikir lagi untuk ambil bagian dalam dinamika politik. Justru dikhawatirkan politik hanya akan menebar virus di persyarikatan. Biarkan politik menjadi milik orang lain,” tutur Zainuddin Maliki.

Padahal, menurut dia, jika saja ada bahkan banyak kader Muhammadiyah yang masuk bursa dan kemudian terpilih untuk menduduki jabatan politik pasti punya nilai tambah dalam penguatan dakwah Muhammadiyah untuk amar makruf nahi munkar.

Politisi PAN itu menjelaskan, kalau saja kader Muhammadiyah banyak yang memegang kekuasaan, maka para kader itu tidak menempatkan diri sebagai petugas partai di Muhammadiyah, melainkan petugas misi Muhammadiyah dalam politik legislatif, yudikatif maupun eksekutif.

Apabila itu terjadi, pria kelahiran Tulungagung, 7 Juli 1954 tersebut berani memastikan tidak hanya Muhammadiyah akan mampu mengakhiri masa yatim piatu dalam politik, melainkan juga bangsa ini akan memperoleh manfaat yang sangat besar. (*)

Reporter: Iqbal Darmawan

Editor: Mohammad Ilham

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer