26.3 C
Malang
Kamis, Mei 2, 2024
KilasPancasila Itu Hasil Kompromi Kelompok Muslim untuk Membangun Bangsa dan Negara

Pancasila Itu Hasil Kompromi Kelompok Muslim untuk Membangun Bangsa dan Negara

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof KH Haedar Nashir

KETUA Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof KH Haedar Nashir menyebut rohani luhur bangsa Indonesia adalah penguat untuk bisa melewati berbagai tantangan yang sedang dihadapi bangsa dan Negara Indonesia. Yang mana kerohanian luhur bangsa Indonesia diabadikan dalam pembukaan UUD 1945.

“Pembukaan UUD 45 dengan tegas menyebutkan bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa (YME),” kata Haedar dalam agenda Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Wilayah Riau, Rabu malam (13/9/2023)

Prof Haedar menerangkan, bangsa Indonesia selain memperoleh anugerah Tuhan berupa tanah air yang kaya, juga ada roh, ada jiwa yang hidup di tubuh bangsa ini. “Dan ini adalah kekuatan yang paling dasar, karena menyangkut sistem keyakinan suci apapun agamanya,” terangnya.

Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu kemudian mengungkapkan fakta tentang sejarah lahirnya falsafah Republik Indonesia, yakni Pancasila. Dijelaskan bahwa disepakatinya Pancasila sebagai philosofische grondslag merupakan kompromi dari tokoh-tokoh muslim dengan kelompok lain. Lebih-lebih pada sila pertama 1, yakni pada kata Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Itu merupakan kompromi yang bagi umat Islam ternyata juga ada hikmah, di mana tidak ada yang hilang dari kaum muslimin dari kearifan tokoh ini. Yakni dari syariat ke akidah, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah akidah, yang bagi kaum muslimin adalah tauhid,” ungkapnya.

Menurut Haedar, kompromi dan kearifan tokoh-tokoh tersebut melahirkan nilai baru yang fundamental untuk berbangsa dan bernegara, dengan menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup. “Syariatnya juga tidak hilang. Sebab, masih ada di Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945,” tegasnya.

Agama dan Pancasila sebagai Dua Nilai Utama

Haedar memaparkan, di masa awal kelahiran Republik Indonesia, terdapat dua nilai utama yaitu agama sebagai nilai dan sebagai pandangan hidup. Sedangkan, Pancasila sebagai nilai berbangsa dan bernegara.

“Pancasila juga sebagai titik temu dari berbagai pandangan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.Dan itulah yang menurut Soepomo bahwa Indonesia yang merdeka itu yang dibangun bukan raga fisik semata, Indonesia yang bukan sekadar tanah air. Tapi Indonesia yang bernyawa,” katanya.

Jejak sejarah yang panjang dengan berbagai pandangan yang diletakkan oleh para pendiri bangsa membuat Republik Indonesia memiliki bekal untuk menjadi bangsa dan negara yang kokoh. Bekal tersebut antara lain tanah air yang kaya, perjuangan yang diberkahi, dan nilai pokok yaitu agama dan Pancasila.

Melihat konteks Indonesia masa kini, Haedar menyebutkan, semua bangsa dan negara pasti punya masalah. Namun, bangsa dan negara yang sudah dewasa adalah yang mengakui ada masalah, dan mampu menyelesaikan masalahnya.

“Saya pikir Tuhan akan bantu menyelesaikan, tetapi jika kita tidak jujur dengan masalah yang besar dikecilin, yang kecil dibesar-besarkan, yang terjadi justru adalah akumulasi masalah. Kemudian baru dirasa akan ada gelombang besar masalah yang kita tidak bisa menyelesaikannya sendiri,” ungkap Haedar.

Haedar dalam mengakhiri amanatnya berpesan kepada seluruh elemen bangsa, termasuk semua elit untuk merawat nilai-nilai pokok – agama dan Pancasila, serta menjadikannya jiwa dan state of mind dari pusat sampai bawah. “Nilai tersebut akan menjadi bingkai dalam mengambil kebijakan,” pungkasnya.(*)

Reporter: Ubay NA

Editor: Aan Hariyanto 

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer