30 C
Malang
Jumat, Mei 17, 2024
KilasSongsong Muktamar XX, Ketum DPP IMM Teguhkan Pilar Gerakan Inklusif Berkemajuan

Songsong Muktamar XX, Ketum DPP IMM Teguhkan Pilar Gerakan Inklusif Berkemajuan

Abdul Musyawir Yahya

KETUA Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Abdul Musyawir Yahya menegaskan tujuh pilar gerakan inklusif berkemajuan, sebagai konsepsi dasar pembangunan gerakan IMM di masa yang akan datang.

Abdul  menyampaikan gagasannya tersebut dalam pidatonya, Kamis (29/2/2024). Pidato alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu disiarkan tvMu dalam momentum menyambut Muktamar XX IMM di Palembang, Sumatera Selatan.

Abdul memaparkan, Muktamar XX IMM niscaya dipandang sebagai upaya untuk melakukan ishlah atau perbaikan dan tajdid, pembaharuan di tubuh IMM. Sebagai bagian dari komunitas intelektual muda Indonesia.

“IMM terus berupaya melakukan ijtihad intelektual demi menerjemahkan masalah kebangsaan, sekaligus merumuskan solusi produktif dan konstruktif di tengah rumpun masalah yang menggelayuti dinamika kebangsaan nasional,” ujarnya.

Manifesto Tujuh Pilar Gerakan Inklusif Berkemajuan

Menurut Abdul, gagasan inklusif berkemajuan bukanlah konsepsi sekali jadi, tetapi adalah kontinuitas dan kelanjutan sejarah yang digali dari identitas dan riwayat perjalanan sejarah IMM selama 59 tahun lamanya.

“Pada saat yang sama, rumusan pilar inklusif berkemajuan merupakan hasil analisis kami menyangkut tantangan dan agenda ikatan selama beberapa dekade mendatang,” terangnya.

“Seluruh proses refleksi dan analisis kritis itulah yang kemudian melahirkan 7 poin inklusif berkemajuan yang memuat peneguhan 7 pilar gerakan inklusif berkemajuan IMM dengan fondasi nilai-nilai keislaman, ke-muhammadiyah-an dan keindonesiaan,” sambung Abdul.

Ketujuh pilar gerakan inklusif berkemajuan itu adalah. pertama, meneguhkan bahwa IMM merupakan gerakan ilmu sebagai pengembangan sumber daya intelektual yang berorientasi pada penyelesaian masalah lingkungan, kemanusiaan, keumatan dan kebangsaan.

“Kedua, meneguhkan bahwa IMM sebagai gerakan ekonomi yang berorientasi pada kemandirian kader IMM, umat Islam dan seluruh masyarakat Indonesia,” tegas pemuda asal Makassar, Sulawesi Selatan itu.

Ketiga, meneguhkan bahwa IMM sebagai gerakan politik kebangsaan yang secara kelembagaan bersifat independen dalam memberikan solusi konstruktif secara ilmiah, serta terlibat aktif dalam politik diaspora kader berbasis nilai ikatan di ruang-ruang kekuasaan demi kemajuan bangsa.

Keempat, meneguhkan bahwa gerakan IMM menjunjung tinggi martabat dan hak-hak perempuan sebagai ciptaan Tuhan yang mulia dan setara.

Kelima, meneguhkan bahwa gerakan IMM berorientasi pada upaya penyelamatan lingkungan hidup sebagai bagian dari keberlangsungan alam dan manusia masa depan.

Keenam, meneguhkan bahwa gerakan IMM adaptif dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang berkeadaban di tengah arus kemajuan zaman.

“Ketujuh, meneguhkan bahwa gerakan IMM merupakan motif penguatan identitas kebangsaan sekaligus kebhinekaan global dalam mewujudkan ketertiban dan keamanan dunia,” tegas Abdul.

Lebih lanjut, gagasan inklusif berkemajuan, kata dia, secara hakiki merupakan gagasan mengenai perlunya IMM mengedepankan penerimaan, pengakuan, dan keterlibatan semua orang dari berbagai macam perbedaan.

Baik perbedaan dalam aspek fisik, intelektual, etnis, gender, dan latar belakang sosial. Inklusivitas tersebut berjalan seiring dengan agenda memajukan ikatan, persyarikatan, umat dan bangsa.

“Inklusif berkemajuan itu meniscayakan keselarasan antara kapasitas intelektual, kemandirian ekonomi, dan kesanggupan untuk terlibat dalam gerakan politik kebangsaan, penghormatan terhadap hak-hak perempuan, orientasi penyelamatan lingkungan dan serta terlibat dalam agenda penguatan identitas kebangsaan,” sebutnya.

Manifestasi Gerakan

Masih menurut Abdul, nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan 7 pilar inklusif berkemajuan hendaknya tidak berhenti sebagai sekadar konsepsi teoritis belaka. Konsepsi tersebut, kata dia, seyogyanya termanifestasi dalam perlakuan kader, sekaligus terwujud dalam budaya organisasi.

“Manifestasi 7 pilar gerakan tersebut, setidaknya dapat diwujudkan dalam beberapa agenda strategis IMM. Pertama rumusan pilar inklusif berkemajuan memerlukan format kaderisasi yang ideal sebagai medium strategis menanamkan nilai-nilai inklusif berkemajuan dalam diri kader IMM,” kata dia.

“Proses internalisasi nilai tersebut dilaksanakan lewat kaderisasi formal seperti Darul Arqam Paripurna,Darul Arqam Madya, serta Darul Arqam Dasar. Selain itu, format kaderisasi pendukung juga dapat dijadikan sebagai wadah pelaksanaan nilai-nilai inklusif berkemajuan, imbuhnya.

Kedua, internalisasi nilai inklusif berkemajuan dilaksanakan melalui jalur kebijakan organisasi. Kebijakan organisasi menjadi instrumen konkret bagi upaya pelaksanaan nilai-nilai inklusif berkemajuan.

Ketiga, aktualisasi nilai-nilai inklusif berkemajuan dicapai melalui keteladanan para elit pimpinan organisasi di segala level kepengurusan. Para elit pimpinan IMM harus menjadi teladan yang menjadi paling terdepan menerapkan nilai dan prinsip inklusif berkemajuan. Para pimpinan harus menjadi garda terdepan menghayati, memahami, dan menerapkan nilai-nilai tersebut.

“Pelaksanaan nilai inklusif berkemajuan bukanlah tugas personal belaka, melainkan menjadi agenda bersama para pimpinan di semua struktur, instruktur, serta para kader, yang melibatkan diri dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah,” tegasnya.

“Di ujung periode kepemimpinan DPP IMM, periode 2021-2023 ini, kami memanjatkan harapan semoga butir-butir gagasan tentang gerakan inklusif berkemajuan sebagaimana diuraikan di atas dapat menjadi amal intelektual yang bermakna bagi kemajuan ikatan, persyarikatan, umat dan bangsa,” pungkas Abdul.

Reporter: Ubay NA 

Editor Aan Hariyanto

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sponsor

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer