MAKLUMAT – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan harga beras di 28 provinsi menjadi faktor kunci yang meredam inflasi November 2025. Pergerakan harga yang melemah ini mendorong terjadinya deflasi beras secara nasional.
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan komoditas beras mengalami penurunan harga atau deflasi 0,59 persen pada November 2025. Angka tersebut memberi andil –0,02 persen terhadap inflasi dan tercatat sebagai deflasi terdalam sejak Juni 2024.
“Beras sudah tiga bulan berturut-turut deflasi secara month to month. Deflasi November 2025 adalah yang terdalam dalam satu setengah tahun terakhir,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Senin (1/12).
Pudji menjelaskan,penurunan harga terjadi akibat melimpahnya pasokan dari musim panen di sejumlah daerah. Selain itu, penyesuaian harga pada berbagai kualitas beras ikut memperdalam deflasi bulan ini.
Ia juga menyebut program pemerintah Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) berkontribusi menekan harga di pasar. “Diduga ada imbas dari penyaluran beras SPHP di pasar-pasar yang menahan kenaikan harga,” katanya.
Berdasarkan catatan BPS, 28 provinsi mengalami deflasi beras, delapan provinsi mencatat inflasi, sementara dua provinsi tercatat stabil. Untuk proyeksi bulan depan, Pudji mengingatkan pola historis memperlihatkan harga beras cenderung naik pada Desember.
“Memang biasanya setelah deflasi di November, beras cenderung inflasi di Desember. Namun kita menunggu data resmi pada rilis awal tahun depan,” tuturnya.
Penurunan harga beras ini menjadi penopang penting stabilitas harga menjelang akhir tahun, saat tekanan inflasi biasanya meningkat karena kebutuhan musim liburan dan pergantian tahun.
