MAKLUMAT – Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menegaskan translokasi Badak Jawa ke Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) bukan berarti memindahkan satwa langka itu keluar dari habitatnya.
Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, menekankan bahwa program yang diberi nama Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa itu hanya memindahkan individu badak dari semenanjung Ujung Kulon ke lokasi yang sudah disiapkan secara ekologis di dalam kawasan TNUK.
“JRSCA itu tetap habitat asli Badak Jawa, hanya dipagar agar lebih aman, terpantau, dan peluang berkembang biaknya lebih besar,” kata Ardi dalam keterangan resmi, Senin (8/9/2025).
Data TNUK menunjukkan, sejak 2019, ada enam individu badak terpantau di area JRSCA. Lokasi tersebut difungsikan sebagai second population area yang berjarak tak jauh dari habitat utama. Dengan luas 5.100 hektare, kawasan itu dilengkapi pagar pengaman untuk mengurangi ancaman dari luar sekaligus mendorong perkawinan alami badak.
Di dalam JRSCA, pengelola menyiapkan paddock seluas 40 hektare yang terbagi menjadi empat kompartemen masing-masing 10 hektare. Ada juga paddock pengembangan seluas 25 hektare. Pagar kawasan itu dibangun bertahap sejak 2010 dan rampung pada 2022.
“Konsepnya bukan mengurung badak. Kami justru memastikan individu jantan dan betina punya kesempatan bertemu. Dengan begitu, populasi bisa tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan,” lanjut Ardi.
Ia berharap publik memahami dan mendukung program konservasi ini. “Keberhasilan translokasi akan menentukan masa depan spesies ikonik Indonesia tetap di habitat alaminya,” tegasnya.
