Metode Tafsir Abdurrahim Nur: Sangat Rasional, Kaya Gagasan

Metode Tafsir Abdurrahim Nur: Sangat Rasional, Kaya Gagasan

MAKLUMAT — Aktivis Gerakan Anti Pemurtadan Indonesia, Ustaz Masyhud menjelaskan kembali berbagai tantangan yang pernah dihadapi Eks Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, KH Abdurrahim Nur, ketika menafsirkan Al-Quran. Ia mengingat gurunya sebagai sosok yang memiliki pendekatan tafsir berbeda dari kebanyakan kiai pada zamannya.

Menurutnya, penafsiran yang dihasilkan Abdurrahim Nur memiliki kekhasan yang membuat para murid mudah memahami ayat, tetapi sisi unik itu tidak banyak terdokumentasi sehingga tidak banyak diketahui generasi setelahnya. Penjelasan itu ia sampaikan dalam Reuni dan Kajian Fajar Shodiq Nurul Azhar Porong bertajuk “Melacak Gagasan dan Merajut Tafsir Al-Quran Abdurrahim Nur dari Para Santri”.

Acara yang digelar di Masjid Nurul Azhar Porong, Sidoarjo, pada Ahad pagi (7/12/2025), menjadi ruang bagi para murid untuk mengingat kembali proses belajar mereka bersama sang kiai, termasuk dinamika yang lahir dari metode penafsirannya. “Kiai Rahim itu katanya terlalu menafsirkan dengan akal,” ujarnya.

Ia melanjutkan cerita bahwa kritik tersebut tidak muncul tanpa sebab. Banyak pihak pada masa itu lebih nyaman dengan penjelasan tafsir yang bersandar pada rujukan klasik secara ketat. Ketika Abdurrahim Nur menawarkan pendekatan yang lebih analitis, sebagian orang menilai cara tersebut keluar dari kebiasaan yang sudah mapan.

Namun Masyhud menilai gurunya memahami dengan baik bahwa Al-Quran selalu memberi ruang untuk pembacaan yang berkembang seiring perubahan zaman. Ia menekankan bahwa Abdurrahim Nur tidak pernah bermaksud menyalahi batas, tetapi justru ingin menunjukkan bahwa keluasan ilmu Allah jauh melampaui batasan pemikiran manusia.

Baca Juga  Mantan Dubes RI untuk Azerbaijan Beri Motivasi Para Santri PMBQ Nurul Azhar

Pemahaman itu, kata Masyhud, membuat Abdurrahim Nur berupaya membuka cakrawala tafsir kepada santri. Ia ingin murid-muridnya memahami bahwa dinamika tafsir merupakan sesuatu yang wajar. “Ilmu Allah itu maha luas, maka tafsir akan terus berkembang, tidak bisa dibatasi, tidak bisa. Namun tentu ada koridornya,” ujarnya.

Masyhud kemudian menambahkan bahwa banyak gagasan gurunya tidak tertulis, lantaran aktivitas Abdurrahim Nur yang begitu padat. Ia menilai sang kiai lebih banyak mengajar, berdiskusi, dan mendampingi masyarakat sehingga tidak memiliki waktu khusus untuk menyusun karya tafsir yang sistematis. “Hanya saja memang Ustaz Abdurrahim Nur itu tidak punya waktu untuk menulis,” katanya.

Pada akhir penjelasannya, Masyhud menegaskan bahwa metode tafsir gurunya sebenarnya memiliki nilai yang penting bagi perkembangan pemikiran Islam. Ia melihat ada banyak ide yang layak dikaji ulang oleh generasi sekarang karena tidak mudah menemukan pendekatan seperti itu di tempat lain.

“Sebenarnya, metode tafsir Abdurrahim Nur itu sangat bagus dan agaknya belum pernah kami temukan di belahan dunia mana pun. Hanya saja, ide-ide yang hebat itu belum sempat ditulis,” jelas Masyhud.

*) Penulis: M Habib Muzaki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *