Bukan Jurus SBY Atau Jokowi: Purbaya Racik Double Engine Demi Lolos Jebakan 5 Persen

Bukan Jurus SBY Atau Jokowi: Purbaya Racik Double Engine Demi Lolos Jebakan 5 Persen

MAKLUMAT — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa tampil sebagai sosok “outsider” dengan latar belakang yang jauh dari lazim. Kini, ia memimpin pertarungan terbesarnya: memecahkan kebuntuan pertumbuhan 5 persen yang menjerat ekonomi Indonesia selama bertahun-tahun.

Lulusan Teknik Elektro ITB itu awalnya terpaksa mengambil gelar S3 Ekonomi di Purdue University— paksaan yang datang dari calon istrinya. Masa-masa “badung” di kampus hingga nyaris bercerai karena menyerah kuliah ekonomi justru membentuk karakter The Money Man yang kini memegang kendali kebijakan fiskal Indonesia.

Purbaya melontarkan strategi yang terkesan sombong namun terukur: Indonesia harus berani menargetkan pertumbuhan 8 persen. Angka itu jauh di atas “takdir” pertumbuhan 5 persen selama ini. “Masa depan kita ada di tangan kita sendiri. Kita yang menentukan mau jadi kaya atau miskin… 8 persen tinggi sekali, tapi bukan mustahil,” ujarnya dalam wawancara di kanal YouTube @Gita Wirjawan – End Game.

Jurus Double Engine

Purbaya kini menggerakkan strategi ekonomi double engine (mesin ganda). Ia menyebut Indonesia tak boleh jatuh pada pola lama: mengandalkan mesin swasta kencang ala era SBY atau mesin pemerintah kencang ala era Jokowi.

“Kami ingin menggabungkan kejayaan era SBY dengan kekuatan belanja pemerintah era Jokowi,” jelasnya. Hasilnya: mesin ganda untuk mendorong pertumbuhan 6,5 persen tanpa mengubah struktur ekonomi.

Purbaya juga menantang dogma konvensional bank sentral. Ia berpegang pada teori Milton Friedman: kondisi moneter ketat atau longgar ditentukan oleh laju pertumbuhan Uang Primer (M0), bukan hanya suku bunga.

Baca Juga  MC Tuna Netra, Taufik Zulfikri, "Kami Ada Bukan untuk Dikasihani, Tapi untuk Diakui"

Melihat pesimisme dan kekeringan likuiditas, Purbaya langsung menginjak pedal gas. Ia memindahkan Rp200 triliun dana pemerintah yang menganggur di BI ke perbankan komersial. Ia mengabaikan tudingan mengutak-atik anggaran, karena menurutnya ia hanya memindahkan uang kas sendiri untuk menyuntikkan M0.

Injeksi likuiditas itu langsung mengerek pertumbuhan M0 ke 13,3 persen. Namun, Purbaya mengaku belum puas. Ia menargetkan pertumbuhan M0 mendekati 20 persen agar bank “terpaksa” menyalurkan kredit sehingga ekonomi swasta bergerak cepat.

Operasi Sikat Bersih Mafia Investasi

Untuk mencapai pertumbuhan 8 persen, Indonesia harus menarik Penanaman Modal Asing (PMA) lebih dari dua kali lipat. Purbaya paham musuh utama investasi bukan di pusat, melainkan di lapangan.

Ia mencontohkan kasus Pegatron — produsen iPhone — yang enggan masuk meski sudah ditawari insentif fiskal karena birokrasi dan kekhawatiran pasokan insinyur. Purbaya bahkan mengungkap perilaku oknum yang sengaja mencari alasan untuk menolak investor.

Untuk mengatasi bottleneck ini, ia membentuk Satgas Percepatan Program Ekonomi. Satgas 2 akan fokus pada debottlenecking dengan menggelar sidang mingguan untuk menangani keluhan bisnis.

Jika ada pihak yang menghambat, Purbaya tak segan menggunakan senjata pamungkas: politik anggaran.
“Kalau enggak mau kerja, saya potong anggarannya. Diam-diam uangnya enggak dikirim,” tegasnya.

Sekolah Rp1.000 Triliun dan Talenta S3

Purbaya menilai persoalan fundamental Indonesia adalah kelangkaan orang pintar dan tenaga ahli, terutama di bidang STEM. Ia mendukung reformasi LPDP dengan pendekatan wholesale, yakni mendanai professorship dan fellowship di universitas top dunia seperti Stanford dan Oxford.

Baca Juga  Berjuang Lewat Jalur Politik untuk Entaskan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Tujuannya: meningkatkan representasi Indonesia dalam riset internasional dan membentuk talenta yang mampu mengubah ketidakpastian menjadi risiko terukur.

Menkeu juga menyoroti rendahnya gaji guru, yang rata-rata hanya Rp2,8 juta per bulan. “Orang pintar enggak mau di sana,” ujarnya. Kondisi itu membuat kualitas pendidikan menurun.

Ia membeberkan rencana besar Presiden Prabowo: membangun 7.000 sekolah terintegrasi (SD–SMA) di seluruh Indonesia. Proyek raksasa ini disebutnya sebagai investasi jangka panjang demi masa depan NKRI, meski membutuhkan anggaran lebih dari Rp1.000 triliun.

Purbaya menutup paparannya dengan janji: ia akan menjaga stabilitas fiskal dan moneter domestik, karena kunci kemakmuran Indonesia ada di tangan bangsa ini sendiri.***

*) Penulis: Edi Aufklarung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *