21.5 C
Malang
Rabu, November 6, 2024
KilasPengajian di Blitar, Khofifah Ceritakan Akar Sejarah Hari Santri

Pengajian di Blitar, Khofifah Ceritakan Akar Sejarah Hari Santri

Cagub Jatim nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Pengajian Hari Santri di Blitar, Sabtu (12/10/2024). (Foto:IST)
Cagub Jatim nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Pengajian Hari Santri di Blitar, Sabtu (12/10/2024). (Foto:IST)

MAKLUMAT – Cagub Jatim nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa menghadiri Pengajian Hari Santri Nasional (HSN) dan Peresmian Rehab Masjid Al Huda Tawangrejo di Blitar, Sabtu (12/10/2024).

Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menekankan HSN menjadi momentum untuk mengisi kembali semangat bagi para santri dan warga NU untuk menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.

Khofifah mengaku sebagai salah satu orang yang mendapatkan tugas dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyiapkan nomenklatur Hari Santri Nasional.

“Saat itu, Bapak Presiden Jokowi menelepon saya tepat tiga hari sebelum pelantikan. Beliau menyampaikan Hari Santri akan disiapkan Keppres atau Perpres, dan kemudian menanyakan apa libur apa tidak serta hari santri dimulai pada 1 Muharam atau tanggal lain,” ujarnya.

Khofifah menceritakan, dia sempat banyak berdiskusi dengan Mensesneg Pratikno dalam menyiapkan draf terkait HSN.

“Saya dengan Pak Pratik yang sekarang Mensesneg saling bertukar email untuk menyiapkan draf yang bisa direkomendasikan pada Bapak Jokowi saat itu sebelum beliau dilantik sebagai presiden di tahun 2014,” kisahnya.

Landasan Sejarah HSN

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa perumusan HSN saat itu juga tidak sesederhana yang terlihat.

Tetapi memang sempat kesulitan mencari bukti catatan sejarah bahwa yang berjuang saat peristiwa tewasnya AWS Mallaby adalah dari kalangan santri.

“Ada yang bilang, pada peristiwa itu santrinya hanya 12 orang. Ini menjadi hal penting menurut saya bahwa ternyata banyak yang ingin menghilangkan peran NU dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kemudian mempertahankan kemerdekaan RI,” kata Khofifah.

Karena itu, penting untuk terus menjaga sejarah keterlibatan NU dalam berjuang meraih dan mempertahankan kemerdekaan.

KH Hasyim Asyari dan Resolusi Jihad

Terutama ketika KH Hasyim Asyari mengomandani para kiai dan santri, mengeluarkan fatwa ‘Resolusi Jihad’ pada 22 Oktober 1945.

Fatwa Resolusi Jihad berisi kewajiban bagi setiap orang atau fardhu ain untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajah.

“Itulah mengapa pasukan yang turun dalam agresi militer yang kemudian puncaknya di Surabaya itu adalah pasukan santri dan para pengasuh pesantren,” terangnya.

Karena saat perumusan HSN ada perdebatan, Khofifah menelusuri sejarah mencari berapa jumlah santri dan pengasuh pesantren yang turun melawan penjajah.

“Bahkan saya menemukan catatan sejarah bahwa Bung Tomo sowan ke KH Hasyim Asyari dan menanyakan, ‘Kiai kalau saya ingin membangun semangat bersama untuk mempertahankan Indonesia apa yang harus saya ucapkan?’ ungkap Khofifah.

“Maka saat itu KH Hasyim Asyari menyampaikan ‘Tolong pekikkan kalimat takbir, Allahu Akbar‘,” lanjutnya.

“Bahwa pekikan takbir yang diteriakkan Bung Tomo adalah dawuhnya Kiai Hasyim Asyari, pendiri NU, agar semangat para pejuang dilipatkan oleh Allah. Cerita-cerita sejarah semacam ini mulai hilang dari sejarah,” tandasnya.

Perda dan Pergub Tentang Pesantren

Tak hanya itu, Khofifah menegaskan Jawa Timur sebagai provinsi pertama yang mengesahkan Perda dan Pergub tentang pesantren.

“Maka pergub tentang pesantren pertama adalah Jawa Timur. Itu karena gubernurnya santri. Bagi saya pesantren adalah social capital, yang luar biasa,” tandasnya.

Khofifah juga menyatakan perhatian untuk pesantren dan santri, di mana saat zaman Gubernur Imam Utomo dan Pakde Karwo, ada beasiswa S1 untuk santri.

Ketika Khofifah menjabat, dia menginisasi menambah program beasiswa untuk santri dan guru madin, tidak hanya S1, tapi juga S2 dan hingga S3.

“Dalam lima tahun kami memimpin, sudah ada 5.583 penerima beasiswa S2, S2, dan S3 untuk santri dan juga guru madrasah diniyah di Jawa Timur,” ungkapnya.

“Itu adalah bagian dari ikhtiar kita untuk meningkatkan kualitas SDM dari pesantren,” tambah Khofifah.

Khofifah juga memamerkan keberhasilannya melaksanakan program beasiswa dari Pemprov Jatim untuk santri Jatim kuliah sarana di Universitas Al Azhar Kairo Mesir.

Bahkan Khofifah menghadap langsung pada Grand Syekh Al Azhar untuk mendapatkan kuota beasiswa santri Jatim kuliah di Al Azhar.

“Ini sudah masuk tahun keempat. Pertahun ada sebanyak 30 santri Jatim yang kita berikan beasiswa kuliah di Azhar. Dan Alhamudulillah kuotanya tambah 3 orang per tahun ini,” pungkasnya.

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ads Banner

Ads Banner

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Lihat Juga Tag :

Populer