RIDWAN Hisjam resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum (caketum) Partai Golkar untuk periode 2024-2029. Politikus senior Golkar ini mencatatkan diri sebagai kandidat pertama yang maju dalam kontestasi internal partai tersebut.

Ridwan hadir di kantor DPP Golkar yang terletak di Slipi, Jakarta Barat, pada Senin (19/8/2024) sore, sekitar pukul 16.24 WIB, dengan diiringi oleh sejumlah pendukung setianya.

Keputusan Ridwan untuk maju dalam pencalonan ini mengejutkan banyak pihak. Meski begitu, Ridwan menolak anggapan bahwa langkahnya ini dilakukan secara tiba-tiba. “Ini bukan keputusan mendadak. Saya sudah lama mempersiapkan diri untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum,” tegas Ridwan di hadapan para wartawan yang menantinya di kantor DPP Golkar.

Ridwan Hisjam mengungkapkan sebenarnya dirinya pernah mencalonkan diri sebagai ketua umum pada periode sebelumnya. Namun, proses yang terjadi saat itu diwarnai dengan pengunduran diri beberapa kandidat lain, sehingga hanya tersisa dirinya dan Airlangga Hartarto sebagai calon.

“Dalam proses Munas saat itu, hanya saya dan Pak Airlangga yang bertahan. Namun, keputusan akhirnya diambil secara aklamasi oleh pimpinan Munas, tanpa melalui tahapan yang seharusnya,” jelasnya, menyiratkan ketidakpuasan atas proses yang terjadi.

Ridwan menyatakan bahwa pencalonannya kali ini didorong oleh keinginan untuk mengembalikan Partai Golkar ke jalur yang benar. Ia merasa bahwa partai ini telah melenceng dari semangat reformasi yang menjadi dasar pembentukannya 25 tahun yang lalu. Ridwan bertekad untuk membawa Partai Golkar kembali pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan aspirasi rakyat.

“Saya merasa terpanggil untuk memperbaiki keadaan ini. Jika para pemegang suara sadar bahwa Partai Golkar harus kembali ke ruhnya, saya yakin mereka akan memilih saya sebagai ketua umum periode 2024-2029,” ungkap Ridwan dengan optimis.

Anggota Dewan Pakar Partai Golkar ini pun melontarkan kritik terhadap keputusan Airlangga Hartarto yang baru saja mundur dari posisi Ketua Umum Golkar. Menurut Ridwan, keputusan tersebut terlambat dan seharusnya diambil jauh lebih awal. “Enggak setahun yang lalu harusnya mundur. Jadi begitu bener. Kok baru sekarang. Kuncinya Paradigma baru Golkar. Jangan separuh-separuh,” ujarnya.

Ridwan menekankan pentingnya keberanian dalam kepemimpinan, seraya mengingatkan bahwa sikap yang setengah-setengah tidak akan membawa hasil yang baik. “Jadi kalau wani-wani yo. Ojo wani gak wani. Saya gak usah jelasin contohnya apa. Banyak contoh-contohnya,” katanya.

Ia kemudian mencontohkan Akbar Tanjung, mantan Ketua Umum Golkar, yang menurutnya berani menghadapi tantangan meskipun terseret dalam kasus Buloggate. Ridwan memuji keberanian Akbar yang tetap teguh sampai akhir, meskipun harus menjalani proses hukum hingga pengadilan dan penjara. Hasilnya, Golkar berhasil meraih suara terbanyak dalam Pemilu 2004.

“Kalau separuh-separuh membulet deh. Membulet iki. Nah ini dia (Airlangga) kena santap sendiri. Dari proses kemandirian partai Golkar. Paradigma baru Golkar iki mas. Tidak asal-asal loh mas. Melalui proses meditasi loh mas. Jadi ojo wani-wani. Simbol Golkar itu jujur,” tegas Ridwan.

Menutup pernyataannya, Ridwan menyatakan bahwa seorang pemimpin yang takut menghadapi risiko, termasuk kemungkinan dipenjara, sebaiknya tidak menjadi Ketua Umum. “Kalau takut di penjara jangan jadi Ketua Umum,” pungkasnya.

Dengan langkah yang diambilnya, Ridwan Hisjam menunjukkan tekad kuat untuk menghadapi tantangan dalam memimpin Golkar dan membawa perubahan yang ia yakini penting bagi masa depan partai.

Sementara itu, nama Bahlil Lahadalia yang sebelumnya disebut-sebut sebagai calon kuat, kini tidak lagi menjadi satu-satunya figur yang diperhitungkan dalam perebutan kursi ketua umum Golkar. Pertarungan di internal partai berlambang pohon beringin ini dipastikan akan semakin menarik dengan hadirnya Ridwan Hisjam sebagai penantang serius.

Reporter: Ubay NA